Akselerasi Program CHSE, Destinasi Solo Disuntik Hibah Rp28 Miliar

813 0

SOLO – Program CHSE (Cleanlinnes, Health, Safety, Environment Sustainability) semakin akselerasi di destinasi Solo. Sebab, hibah anggaran Rp28 Miliar disuntikan melalui pemerintah Daerah Dinas Pariwisata Kota Surakarta. Alokasi peruntukannya dikhususkan bagi sektor industri perhotelan. Hanya saja, hibah bisa dicairkan bila industri pariwisata memenuhi kriteria yang berlaku.

Kepastian suntikan hibah Rp28 Miliar pun ditegaskan dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) dan Sosialisasi CHSE, Sabtu (14/11). Program Bimtek dan Sosialisasi CHSE digelar di Swiss-belHotel, Solo, Jawa Tengah. Pesertanya berjumlah 100 orang. Backgroundnya para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Surakarta Budi Sartono mengungkapkan, hibah jadi katalis pemulihan pariwisata.

“Pemulihan industri pariwisata terus dilakukan. Agar lebih cepat dan optimal, maka hibah ini diberikan. Kebijakan hibah tentu kompetitif, apalagi program CHSE sangat gencar digulirkan di destinasi Solo. Jadi, keputusan hibah sangat tepat. Hibah itu boleh dipakai, apalagi dalam kondisi banyak industri pariwisata yang butuh pertolongan. Ekonomi masih berat karena Covid-19,” ungkap Budi.

Anggaran hibah Rp28 Miliar tersebut secara umum memiliki 2 peruntukan. Slot subsidi bagi industri perhotelan diberi opsi maksimal 70%. Nilai Riilnya sekitar Rp19,6 Miliar. Adapun sisa hibah 30% atau Rp8,4 digunakan untuk keperluan non teknis. Anggaran tersebut bisa digunakan untu sosialisasi sebuah program, termasuk penguatan aspek Sumber Daya Manusia (SDM) melalui Bimtek.

“Kebijakan aliran hibah untuk mendukung pelaku industri pariwisata harus diapresiasi. Langkah positif ini sangat meringankan beban manajerial. Mereka yang sempat terkena PHK bisa kembali aktif bekerja lagi. Sebab, New Normal jadi momentum bisnis kompetitif. Ada banyak value, lebih lagi ada support pemerintah,” terang Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Hari Santosa Sungkari.

Aktivasi kembali destinasi Solo dari masa vakum pandemi Covid-19 dilakukan Juli 2020. Memasuki fase New Normal, industri pariwisata khususnya di lini perhotelan mulai tumbuh. Saat ini, rata-rata tingkat okupansi hotel sekitar 30%-40% per harinya. Namun, gap besar justru muncul di antara sesama pelaku industri perhotelan. Slot okupansi harian rata-rata tersebut dominan dinikmati hotel berbintang.

Lalu, bagaimana dengan nasib hotel non bintang? Status mereka tetap menyedihkan. Imbasnya, posisi hotel non bintang terus terpuruk di masa transisi New Normal karena terus menanggung beban biaya manajerial. Direktur Pengembangan Destinasi Regional I Oni Yulfian lalu menjelaskan, sebaran value ekonomi belum merata karena posisi pasar belum stabil.

“Posisi pasar masih jenuh karena belum semua lapisannya mendapatkan akses ekonomi yang cukup. Pasar sekarang ini tampaknya masih didominasi wisatawan dengan profil menengah ke atas. Hanya saja, kami tetap optimistis semua lapisan masyarakat akan mendapatkan kembali akses ekonominya. Dengan begitu, sebaran kue pelaku pariwisata menjadi lebih merata,” jelas Oni.

Meski jaminan hibah diberikan, namun ada persyaratan yang wajib dipenuhi pelaku industri pariwisata. Mereka harus memiliki Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP). Pelaku industri pariwisata juga taat pajak. Sebab, proporsi besaran hibah yang diberikan mengacu kepada besaran pajak yang rutin dibayar pelaku industri pariwisata.

“Semua pelaku industri pariwisata di Solo harus optimistis. Sebab, pemerintah agresif memberikan support-nya. Segera saja persiapkan persyaratan administrasinya agar lini usahanya mendapat suntikan dana hibah,” papar Koordinator Area I Pengembangan Destinasi Regional I Wijonarko.

Seiring ditegaskannya program CHSE di Solo, kepercayaan pasar tentu akan naik. Apalagi,Solo sejak awal sudah menjamin keselamatan dan kesehatan wisatawan melalui protokol kesehatan. Konsepnya itu dengan mengaplikasikan aturan 3M, seperti memakai masker, mencuci tangan,an menjaga jarak. Saat ini jaminannya dinaikan signifikan melalui regulasi CHSE.

“Hibah atau kebijakan yang meringankan memang ditunggu pelaku industri pariwisata di kondisi saat ini. Dan, stimulus terus diberikan pemerintah agar pelaku industri pariwisata dan ekonomi tetap eksis. Akses ekonomi akan terus tumbuh seiring membaiknya pasar,” ujar Sub Koordinator Area I A Pengembangan Destinasi Regional I Andhy Marpaung.(*)

Related Post

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *