JAKARTA – Menteri Pariwisata 2014-2019 Arief Yahya punya kegiatan baru. Yaitu menjadi pengajar di SBM ITB. Senin (11/11), Arief Yahya hadir dihadapan mahasiswa dengan membawakan materi Business Leadership, Great Spirit *Grand* Strategy.
Arief Yahya tampil santai dalam balutan kemeja batik merah maroon dan bercelana panjang hitam. Sang marketer handal ini dengan lugas menyampaikan materinya ke hadapan 100 mahasiswa.
“Ini adalah bentuk pengabdian. Saya sharing dengan kawan-kawan mahasiswa di SBM ITB. Sharing bagaimana caranya menjadi pemimpin yang handal,” papar Arief Yahya.
Pria asal Banyuwangi itu mengaku senang bisa hadir di kelas ini. Apalagi, para mahasiswa sangat antusias mengikutinya.
“Kelas yang luar biasa. Para mahasiswa juga sangat antusias. Banyak pertanyaan hebat dan cerdas yang mereka sampaikan. Ini membuat saya semakin semangat,” kata mantan Dirut PT Telkom itu.
Selain Arief Yahya, kelas ini juga menghadirkan dua pembicara hebat lainnya. Ada CEO holding Farmasi Honesty Basyir, juga Priyantono Rudito, mantan Human Capital Director Telkomsel, dan dosen terbaik terfavorit SBM ITB.
Priyantono Rudito memuji semangat Arief Yahya. Menurutnya, Arief Yahya memiliki semangat Leader as Father.
“Beliau selalu menginginkan generasi penerusnya lebih hebat dan lebih maju dari dirinya. Sehingga kelak menjadi pemimpin yang hebat. Hal itu menjadi faktor pendorong yang kuat bagi seorang Arief Yahya, mantan Menteri Pariwisata RI, untuk kembali ke kampus,” tuturnya.
Dijelaskannya, Kuliah Tamu People in Organisation di kelas MBA ITB yg dikoordinir oleh Dosen SBM ITB, Donald Crestofel Lantu S.T., MBA,Ph.D. menjadi debut Arief Yahya di dunia akademis.
Priyantono Rudito adalah juga Tenaga Ahli Menteri Pariwisata RI, mantan Direktur HCM Telkom dan Telkomsel, yang juga Dosen senior di berbagai perguruan tinggi seperti Telkom University, SBM ITB dan Esq Business School. Priyantono adalah penerima penghargaan bergengsi Asia Human Resource Development di Dubai pada tahun 2015.
Menurut *nya* , kuliah Business Leadership ini mengundang ketertarikan yang tinggi dari mahasiswa. Mereka tampak begitu antusias dalam mengikuti pemaparan inspiratif dari mantan Dirut Telkom ini. Termasuk pada berebut untuk mengajukan pertanyaan.
“Mahasiswa bagaikan menerima ilmu baru yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Mereka menyerap setiap lembar presentasi Arief Yahya yang menjelaskan tentang Great *Spirit* and Grand Strategy yang ia terapkan di Telkom,” paparnya.
Mahasiswa dan dosen organik SBM ITB yang hadir mendapatkan core knowledge (inti sari) dari Great Spirit Grand Strategy dalam 3 point utama.
Pertama, seorang pemimpin harus memiliki visi besar. Visi untuk menjadikan perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya berkembang/tumbuh secara berkesinambungan (sustainable).
“Indikatornya adalah tumbuh melebihi pertumbuhan pasar dan kompetitor sebagai orientasi kemimpinan untuk menghasikan hasil yang luar biasa,” paparnya.
Hasil yang luar biasa hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa. Yaitu melalui berbagai terobosan yang dipimpin langsung oleh pemimpin tersebut. Untuk mewujudkan ini maka seorang pemimpin harus berpikir di level Mega, bukan di tingkatan Makro apalagi Mikro.
“Berpikir Mega adalah memimpin dengan orientasi untuk menciptakan karya-karya besar bagi kebaikan sesama (alam semesta), bagi Negara dan masyarakat luas,” jelasnya.
Kedua, seorang pemimpin harus memiliki kemimpinan paripurna. Yaitu kemampuan untuk menciptakan harmoni dan sinergi dalam proses dan praktik kepemimpinannya sebagai Leadership Philosophy (filosopi kepemimpinan). Hal ini untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai yang terbaik. Harmoni yang dimaksud adalah harmoni antara Head dan Heart. Atau, dalam bahasa yang lebih umum dikenal Lead by Heart, Manage by Head.
“Karena ada hakikatnya pemimpin harus lebih menitikberatkan kepada pengelolaan sumberdaya manusia (people) melalui kemampuannya. Terutama dalam memberikan motivasi dan inspirasi melalui pengembangan budaya perusahaan, penekanan pada purpose dan values (nilai-nilai kebaikan), dibandingkan dengan fokus yang berlebih pada scope pengelolaan pekerjaan,” katanya.
Dalam terminologi bahasa Inggris sering disebut dengan “Lead more, manage less”.
Ketiga, seorang pemimpin sejati (great leader) harus memiliki Great Spirit: Leader as Father, yaitu suatu semangat dan dorongan untuk menjadikan orang-orang yang dipimpinnya menjadi pemimpin yang lebih hebat dan lebih sukses dari dirinya. Great leader creates greater leaders, begitu orang sering menyebut spirit Leader as Father ini. Ciri utama dari seorang pemimpin yang memiliki spirit ini adalah mereka yang berani mencanangkan dan melakukan investasi utama di perusahaannya, yaitu Invest in People. Mengalokasi sumber daya anggaran dan sumber daya pendukung lainnya untuk kemajuan Sumber Daya Manusia yang dipimpinnya melalui berbagai program terobosan di bidang people development.
“Arief Yahya memberikan satu referensi yang menarik pada saat ia memimpin di Telkom dimana ia memimpikan lahirnya pemimpin2 hebat dan para professional tangguh yang lahir dari jajaran Human Capital Telkom, yang akhirnya dapat dapat terealisasi. Dibawah kepemimpinan Arief Yahya yang mengedepankan Great Spirit Leader as Father, telah lahir para pemimpin tangguh dan professional yang memimpin sejumlah perusahaan dan institusi terkemuka di negeri ini,” tuturnya.
Ia mencontohkan Ririek Adriansyah yang saat ini memimpin Telkom sebagai Direktur Utama; Indra Utoyo, yang saat ini menjadi jajaran pimpinan BRI sebagai Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi; Muhammad Awaluddin yang menjadi Dirut Angkasa Pura 2; Honesti Basyir yang dipercaya menduduki pimpinan puncak sebagai CEO Holding Farmasi BUMN; Priyantono Rudito yang menjadi Tenaga Ahli Menteri Pariwisata yang juga Executive Director Co-Branding Wonderful Indonesia; Sukardi Silalahi yang menjadi Dirut Telkom International yang mengelola business Telkom Group di dunia internasional; Masud Khamid yang saat menjabat sebagai Direktur Pemasaran Korporat PERTAMINA.(***)