BANDUNG – Suasana Kota Bandung hari ini sangat meriah. Belasan ribu masyarakat memadati Jalan Asia Africa menyaksikan Asia Africa Carnival 2019 (AAC 1019), Sabtu (28/6). Tahun ini AAC diikuti lebih dari 2.000 orang peserta. Mereka tidak hanya peserta dari mancanegara, sejumlah daerah juga ambil bagian dalam event yang menjadi bagian dari Asia Africa Festival 2019 ini.
Tahun ini AAF diisi konten khusus dukungan terhadap Palestina. Wali Kota Bandung Oded M Danial berharap Asia Africa Festival (AAF) 2019 bisa menjadi cerminan bagi kemajuan budaya dan pariwisata di Kota Bandung khususnya dan Indonesia umumnya. Kegiatan ini juga menjadi simbol persatuan dan perdamaian di antara negara-negara sahabat.
“Saya harap event ini mencerminkan perdamaian antarbangsa dan terciptanya peradaban dunia yang berlandaskan demokrasi,” kata Oded, Sabtu (29/6).
Oded mengemukakan, AAF 2019 juga menjadi bukti dukungan nyata Kota Bandung, Indonesia, dan negara sahabat terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.
“Sesuai niat awal pelaksanaan KAA 1955 silam adalah menggelorakan perdamaian dunia dan kemerdekaan bangsa yang terjajah,” kata Oded.
Kegiatan tersebut dihadiri 20 duta besar atau delegasi yang berada di wilayah Asia dan Afrika. Yakni Indonesia, Jepang, Maroko, Tunisia, Korea Utara, Aljazair, Ethiopia, Irak, Palestina, Mozambik, Nigeria, Zimbabwe, Myanmar, Libya, Laos, Afganistan, Kuwait, Guinea-Bissau, Afrika Selatan, dan Mesir.
Sekitar pukul 08.00-10.00 WIB, peserta yang terdiri dari duta besar dan delegasi dari 19 negara sahabat serta beberapa bupati dan wali kota di Indonesia melakukan historical walk.
Mereka berjalan kaki dari Pendopo Wali Kota Bandung, Jalan Dalem Kaum, menuju area Palestine Walk, Jalan Alun-Alun Timur. Di lokasi tersebut, mereka melepas burung merpati sebagai simbol perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina.
Usai itu, para tamu undangan menuju panggung utama di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika. Pada pukul 10.00-12.00 WIB, Asia Africa Carnival (AAC) yang merupakan parade seni dan budaya dari kota dan kabupaten di Indonesia serta dari negara-negara sabahat Asia dan Afrika digelar.
Asia Africa Carnival menampilan kebudayaan tradisional dari negara kerabat seperti Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, India, Arab saudi dan beberapa negara Afrika. Karnaval diawali oleh satu regu pasukan berkuda dari Batalyon Kavaleri. Disusul delegasi kesenian Jepang. Lalu dari Tunisia dan negara-negara lainnya.
Tak ketinggalan perwakilan dari kota dan kabupaten se-Jawa Barat serta perwakilan dari kota/kabupaten di Indonesia. Berbagai seni budaya tradisional khas Jabar tersaji di karnaval tersebut.
Kali ini, karnaval akan melalui rute yang tidak terlalu panjang. Hanya sekitar 1,2 km. Iring-iringan tersebut melintasi Jalan Asia Afrika, Jalan Cikapundung Barat, Jalan Naripan, Jalan Tamblong, dan kembali ke Jalan Asia Afrika. Kawasan jalan Asia Afrika sendiri ditutup sejak pukul 06.00 hingga 23.00, atau saat puncak acara yang dimeriahkan band Respatih.
Ribuan peserta ini seolah-olah merefleksikan kebersamaan negara-negara Asia Afrika dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 lalu.
Pelepas peserta Asian African Carnival 2019 dilakukan oleh Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Dalam sambutannya, Esthy memuji pelaksanaan Asian African Carnival 2019.
“Gelaran ini bukti kepedulian Pemkot dan warga Kota Bandung terhadap perdamaian dunia. Saya berharap, acara ini bisa menjadi daya tarik wisata baru di Kota Bandung. Karena AAF merupakan salah satu kegiatan penting sehingga bisa menarik banyak wisatawan. Event ini juga penting untuk mengekspresikan kreativitas dari seniman dan budayawan,” ujar Esthy
Esthy menjelaskan, apa yang disajikan Asian African Carnival ini luar biasa. Selain memotret masa depan, Asian African Carnival ini juga mengajak pengunjungnya bernostalgia. Ada banyak hiburan berkualitas yang akan menambah semarak malam akhir pekan.
“Asian African Carnival ini masuk dalam top 7 Wonderful Event Indonesia. Kita dari Kemenpar sangat support. Apalagi setiap tahun pelaksanaannya semakin baik jumlah peserta dan wisatawannya semakin baik. Bandung memang tidak diragukan. Karena sudah sangat memenuhi 3A, yaitu atraksi, aksesibilitas, juga amenitasnya,” tutup Esthy.
Tak hanya diisi karnaval, Asia Africa Festival 2019 juga akan dimeriahkan oleh hiburan musik. Panggung pentas musik terletak di pinggir Gedung Merdeka, Jalan Braga Pendek. Acara ini berlangsung hingga malam hari.
Kepala Bidang Pemasaran Area I Jawa Wawan Gunawan mengatakan, banyak hal positif yang dapat dipetik diperhelatan ini. Menurutnya, Konferensi Asia Afrika telah menjadi bagian sejarah dunia. Ini menandakan betapa Indonesia adalah negara besar.
“Dengan perhelatan ini semakin membuka mata dunia betapa besarnya nama Indonesia sejak dulu kala. Bukan saja sebagai penonton, tetapi mampu menggerakkan dunia. Ini menjadi refleksi positif bagi generasi muda agar tidak lupa akan sejarah bangsanya,” ujar Wawan.
Menteri Pariwisata Arief Yahya sangat antusias dengan kegiatan ini. Menurutnya, Asian African Carnival 2019 adalah event internasional yang selalu mampu menyedot wisatawan dalam jumlah tinggi.
“Konferensi Asia Afrika tahun 1955 silam adalah salah satu momen bersejarah. Bukan hanya untuk Indonesia, tetapi juga negara-negara Asia dan Afrika lainnya. Oleh karenanya, perhelatan Asian African Carnival bisa kita bilang menjadi refleksi kebersamaan itu,” kata Menpar Arief Yahya.
Menurut Menpar Arief, Asian African Carnival ini bukan event sembarangan. Ini adalah kegiatan internasional. Negara-negara tetangga selalu antusias ambil bagian dalam event ini.
“Kemasannya selalu menarik dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Setiap digelar, kemeriahan pasti tersaji,” pungkas Menpar Arief Yahya.(*)