TABANAN – Kesadaran petani di Tabanan, Bali, untuk menjaga lahan pertanian dengan asuransi semakin meningkat. Terbukti, Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) menyalurkan klaim mencapai Rp 1,5 miliar.
Menteri Pertanian menyambut baik tingginya kesadaran petani Tabanan untuk menggunakan asuransi.
“Pertanian tidak boleh berhenti. Karena, pertanian harus menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga pertanian. Dan asuransi adalah pilihan terbaik,” tuturnya, Rabu (18/11/2020).
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy, memperjelas hal tersebut.
“Asuransi adalah bagian dari mitigasi bencana. Asuransi akan menjaga lahan dari berbagai kondisi, seperti cuaca ekstrim, perubahan iklim, atau organisme pengganggu tanaman. Asuransi memiliki klaim yang bisa dimanfaatkan petani untuk tanam kembali,” terangnya.
Sarwo Edhy mengatakan, program AUTP ini hanya mewajibkan petani membayar Rp 36.000 per hektare per musim tanam, sementara sisanya atau sebesar Rp 144.000 ditanggung oleh pemerintah.
Bila terjadi gagal panen akibat hama, kekeringan, dan banjir, maka petani bisa mendapatkan ganti rugi sebesar Rp 6 juta per ha.
“Preminya murah karena dapat subsidi dari pemerintah, jadi hanya Rp 36 ribu per hektar dari seharusnya Rp 180 ribu,” kata Sarwo Edhy.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Tabanan, I Gusti Putu Wiadnyana, mengatakan, mengungkapkan, hingga saat ini serangan OPT masih menjadi ancaman untuk produksi pertanian padi.
Serangan OPT tersebut beragam, meliputi hama penggerek batang, tikus, tungro, wereng coklat, kresek blast, dan trips. Namun, sebagian besar petani yang mengajukan klaim AUTP ini karena sawah mereka mengalami kerusakan akibat serangan tikus.“Serangan yang disebabkan oleh hama tikus inia menyumbang hingga 90 persen dari total 900 hektar lebih luasan sawah yang rusak selama tahun ini,” tuturnya.