SUMBAWA BARAT – Sumbawa Barat memperkenalkan kekayaan budaya yang dimilikinya melalui Festival Taliwang 2019, 13-24 November 2019, festival berisi kuliner, live music, lomba, parade budaya, sarasehan, hingga tarian.
Festival Taliwang 2019 diawali dengan beragam kegiatan. Ada Bazar Kuliner Etnis Ontar Telu yang digelar 13-19 November 2019, lalu Lomba Fotografi dengan durasi 13-20 November. Pada waktu bersamaan ada juga Parade Lomba Budaya untuk kalangan pelajar. Kontennya berupa pentas atau Lomba Seni Budaya.
Kepala Disbudpar Sumbawa Barat IGB Sumbawanto mengungkapkan, festival kental dengan budaya.
“Festival Taliwang 2019 memang sangat kental dengan kegiatan budaya. Semua kekayaan budaya yang ada di Sumbawa Barat ditampilkan di sini. Festival juga menyajikan kuliner khas Sumbawa Barat,” ungkap Sumbawanto.
Sajian kuliner tersebut ada dalam Kuliner Etnis Ontar Telu. Makanan yang dihadirkan antara lain Gecok, Ayam Bakar Taliwang, Sepat, Singang dan Uta Palamara, Mangge Mada, dan Bubur Palopo. Ada juga Tumi Sepi, Rusa Bakar, hingga Uta Londe Puru.
“Sejauh ini respons wisatawan baik. Mereka antusias dengan beragam acara yang kami sajikan. Kami pun optimistis, pergerakan wsiatawan akan semakin positif beberapa hari ke depan. Sebab, kami masih memiliki banyak konten unik dan menarik,” kata Sumbawanto lagi.
Festival Taliwang 2019 akan menggelar Pawai Teknologi Budaya, Senin (18/11). Sehari berikutnya ada Sarasehan Budaya Berampok Ano Rawi. Event lainnya adalah Konser Musik Garap Baru, Tarian Benteng Berinas, Tarian Barapan Kebo, dan Barapan Kebo. Ada juga Iring Kebo Lumpur Seni, Tarian Kolong, dan Sakeco di Atas Kerbau.
Untuk Konser Musik Garap Baru menjadi perpaduan unsuk musik etnik di Sumbawa Barat. Aransemen musiknya unik, menjadi elaborasi unsur bunyi, tempo, dan vokal. Alat musik yang dimainkan terdiri dari Sakeco, Serunai, Kendang Bambu, Pelantunan Tembang, hingga Rampak Gong Gendang.
Tariannya unik melalui gerakan ‘Pembawa Kolong’. Tari Pembawa Kolong ini akan dibawakan 50 penari wanita. Filosofi pesan yang disampaikannya, konsep konservasi air sebagai sumber kehidupan. Yang unik, tarian ini akan dibawakan di panggung lumpur.
“Festival Taliwang 2019 menjadi konten yang menarik. Konser musiknya digarap secara etnik. Mereka menampilkan beragam tarian dengan lumpur sebagai panggungnya. Dengan komposisi unik yang ditawarkan, wajar bila festival ini masuk CoE 2020,” papar Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenparekraf Muh. Ricky Fauziyani.
Festival Taliwang juga menggelar Barapan Kebo, Minggu (24/11). Barapan Kebo ini jadi tradisi turun menurun di Sumbawa. Mereka bahkan memiliki event reguler Saka Buffalo Race Series World Championship. Barapan Kebo didasarkan kepada kecepatan hingga akurasi demi point maksimal. Untuk akurasi, parameternya adalah Karing di antara 2 kerbau yang menambrak Saka.
Bila Karing bisa menabrak Saka secara akurat, maka point yang diraih 100. Untuk tim tercepat mendapat angka 160. Dan secara khusus, Saka menjadi konseptual hubungan vertikal manusia. Sebab, para joki dituntut untuk membuat alur laju kerbau lurus hingga menabrak Saka. Lebih lanjut, Barapan Kebo pun kental dengan nuansa mistis.
Untuk menancapkan Saka, bahkan diperlukan ritual khusus. Ritualnya adalah Pasuk Sakaocu. Yang menancapkan Saka pun harus seorang Sandro. Dia adalah seorang ahli spiritual dengan kemampuan metafisika lebih. Melalui doanya, Sandro harus melindungi seluruh peserta dari potensi negatif yang merugikan. Sebab, ilmu hitam konon masih kental dalam setiap gelaran perlombaan ini.
“Ada banyak ornamen khas yang unik di Festival Taliwang 2019. Nuansa budayanya otentik sekali dan ini jadi identitas di sana. Meski konsepnya menarik di tahun ini, kami harap ada pembaruan kemasan di tahun depan. Mereka harus menampilkan kualitasnya secara menyeluruh karena sudah berstatus CoE 2020,” tutup Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani.(***)