BANDAR LAMPUNG – Berkat pengkajian teknologi budidaya di lahan praktik, Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Lampung sukses melakukan panen cabe merah keriting dan cabe rawit caplak.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, langkah yang dilakukan BPP Lampung sangat tepat.
“Dengan budidaya ini, kualitas tanaman bisa meningkat. Begitu juga dengan produktivitas. Jadi hasilnya sangat positif,” tuturnya.
Apresiasi juga diberikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi.
“Jika produktivitas meningkat, maka dampaknya adalah peningkatan pendapatan petani. Dan tentu saja dapat bisa berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan petani,” katanya.
Kepala Balai Pelatihan Pertanian Lampung, Abdul Roni Angkat, sumringah, dengan hasil tersebut.
Menurutnya, panen cabe yang kedelapan ini mampu menghasilkan produksi mencapai 50-70 kg cabe rawit, dan 20 – 25 kg cabe merah keriting per sekali panen.
“Panen di lahan praktik saat pandemi ini, tak terlepas dari hasil pengkajian widyaiswara Balai Pelatihan Pertanian Lampung. Hasil pengkajian inilah yang nantinya akan dijadikan materi pelatihan yang akan disampaikan kepada petani dan penyuluh,“ terang Abdul Roni.
Setelah beberapa saat ikut menimbang hasil panen, Abdul Roni memamerkan cabe merah keriting segar dan cabe rawit caplak dengan penuh kebanggaan.
“Cabai sebagai salah satu komoditas sembilan bahan pangan utama harus terus dijaga ketersediaannya. Ketersedian cabe merupakan salah satu upaya dalam rangka ketahanan pangan nasional,” ungkap beliau.
Cabe merah keriting dan cabe rawit caplak yang dipanen ini merupakan hasil pengkajian teknologi budidaya cabe di lahan praktik. Jenis cabe yang ditanam adalah Cabe merah keriting varietas AKAR dan cabe rawit lokal unggul ORI 212. Kedua varietas cabe ini sangat cocok untuk di dataran rendah dan tahan terhadap serangan hama penyakit.
Tanaman cabe merah keriting dan cabe rawit caplak ini ditanam pada akhir Maret 2021 di lahan praktik BPP Lampung seluas 2.400 meter persegi.
Teknologi budidaya yang diterapkan BPP Lampung adalah teknik pruning atau teknik wiwilan. Yaitu pemangkasan tunas tunas daun maupun batang dan hanya menyisakan 2 cabang utama yang membentuk huruf Y.
Tanaman cabe yang dibudidayakan di BPP Lampung ditanam di atas bedengan yang tertutup mulsa plastik dengan jarak tanam 60 x 60 cm dan menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation system). Kajian budidaya tanaman ini juga menekan penggunaan pestisida kimia.
Untuk menekan serangan hama dan penyakit, BPP Lampung menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu. Pertama menggunakan varietas yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Apabila terdapat serangan hama, BPP Lampung mencoba mengendalikannya dengan menggunakan perangkap atraktan metyl eugenol.
Selain itu, budidaya cabe kali ini menggunakan tanaman jagung sebagai tanaman barier. Tanaman barier adalah tanaman sekunder atau tanaman pembatas atau penghalang sebagai pelindung tanaman primer.
Sedangkan pupuk yang digunakan adalah pupuk organik cair yang berasal dari urine sapi, air kelapa dan air cucian beras.
Cabe yang dipanen dua kali dalam seminggu ini, setelah dilaksanakan pengkajian, dapat disimpulkan bahwa tanaman cabe yang diberikan perlakuan pruning memiliki hasil panen yang lebih tinggi daripada yang tidak diberi perlakuan pruning.
“Balai Pelatihan Pertanian Lampung terus berusaha mengembangkan metodologi pelatihan budidaya cabai melalui kaji widya di lapangan praktek Balai untuk didesiminasikan melalui proses pelatihan kepada penyuluh pertanian dan petani. (Sft)