BADUNG – Bali tetap mempesona sebagai venue MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition). Untuk kali kesekian, Pulau Dewata ditunjuk menggelar agenda MICE internasional. Sepanjang 14-15 November 2019, Bali menjadi venue Indonesia International Cocoa Conference & Dinner (IICC) 2019. Dan, agenda tersebut mampu menghadirkan peserta dari 20 negara.
“Kami tentu sangat senang karena Bali bisa menggelar agenda MICE level internasional seperti IICC ini. Apalagi, pesertanya sangat banyak. Mereka datang dari 20 negara di dunia. Seluruh perwakilan benua ada di sini. Semoga mereka terkesan dan Bali bisa selalu menginspirasi dunia,” ungkap Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Jumat (15/11).
Dihelat 2 hari, IICC 2019 berlokasi di Ruang Nusantara 1 & 2, The Westin Resort Nusa Dua, Bali. Event ini memiliki 2 agenda penting, yaitu Konferensi dan Gala Dinner. Untuk peserta Konferensi ada sekitar 300 orang. Tema besar yang diusung, ‘The Future of Cocoa Small-Holders and Industry: Challenges for Resilient Production and a Sustainable Cocoa Industry in a New Era’.
Adapun peserta Gala Diner diperkirakan mencapai 500 nama. Dengan jumlah peserta besar, mereka pun datang dari berbagai background. Ada Petani/Produsen Kakao, Industri/Pengolah Kakao dan Produsen Coklat, Pemerintah, hingga Akademisi. Giri Prasta menambahkan, IICC 2019 akan mengahsilkan input terbaik bagi seluruh lini pelaku bisnis hingga pasarnya.
“Pasti ada output positif yang dihasilkan dari agenda ini. Dengan digelar di Bali, semoga ada ide dan inovasi baru yang memberi manfaat lebih dari hulu hingga hilir. Pasar juga mendapatkan manfaat besar dari mata rantai industi tersebut,” lanjutnya.
Menghadirkan beragam narasumber kompeten, IICC 2019 sukses merumuskan banyak output. Sebut saja, kesamaan pandang terkait masalah pokok perkakaoan pada level domestik dan mencanegara. Perumusan langkah strategis dan pedoman umum aksi sebagai tindak lanjut untuk mendorong kualitas dan peningkatan perkakaoan nasional. Tidak kalah penting merumuskan rekomendasi bagi pemerintah.
“Agenda IICC 2019 memang sangat padat. Mereka juga mencetuskan banyak hal bagi kemajuan industri lini bisnis mereka. Lebih luas lagi, aktivitas mereka di Bali tentu membawa dampak positif yang besar. Bali dengan alam dan budayanya yang eksotis otomatis mendapat porsi branding besar,” jelas Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Digelar di Bali, peserta IICC 2019 bisa menikmati beragam sisi lain destinasi Pulau Dewata. Sebab, di Badung juga memiliki banyak destinasi menarik. Ada Tanah Lot, Garuda Wisnu Kencana, Pura Taman Ayun, Pura Petitenget, Water Blow, Sangeh, juga Pantai Pandawa. Secara umum, amenitas di Bali juga sangat luar biasa. Jumlah kamar yang tersedia mencapai 79.525 unit dengan beragam komposisi.
Untuk komposisi amenitasnya, Pulau Dewata menawarkan 231 Hotel Berbintang dengan jumlag kamar 32.736. Hotel Non Bintang berjumlah 1.517 dan memiliki kapasitas kamar 36.755. Untuk Pondok Wisata sebanyak 2.542 dengan jumlah kamar 10.034. Bali juga didukung banyak fasilitas spot WiFi, rumah sakit, pusat oleh-oleh/souvenir, dan Money Changer.
“Sebagai destinasi, fasilitas di Bali sangatlah lengkap. Bali memang spot ideal untuk menggelar agenda MICE dalam skala besar. Sembari beraktivitas, peserta bisa menikmati beragam sisi eksotis destinasinya. Kami percaya, peserta IICC 2019 akan kembali ke Bali di lain waktu untuk berlibur. Dengan begitu, arus wisatawan semakin optimal di sana,” tegas Ricky.
Pergerakan wisatawan di Bali pada 2019 kompetitif. Sepanjang rentang Januari-September 2019, arus wismannya mencapai 4,67 Juta orang. Top 5 komposisi wismannya didominasi Tiongkok dengan slot 938.381 orang, lalu diikuti 902.564 wisatawan Australia. Berikutnya, India dengan pergerakan 268.851 orang. Ada juga Inggris dengan 214.207 paspor dan Amerika Serikat yang memiliki 203.202 orang.
“Dengan beragam sisi eksotis alam dan budaya hingga kelengkapan fasilitas, kami rekomendasikan Bali sebagai venue MICE bagi publik dunia. Kami berharap, IICC tahun berikutnya bisa digelar lagi di Bali atau destinasi di Indonesia. Sebab, Indonesia punya 10 Destinasi Prioritas di luar Bali. Alam dan budaya yang ditawarkan juga tetap eksotis,” tutup Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani.(***)