Business Continuity Management Jadi Senjata AP II Redam Impact Covid-19

812 0

JAKARTA – PT Angkasa Pura II (Persero) menjalankan berbagai protokol guna memastikan kesehatan personel di tengah pandemi gobal COVID-19.

Adapun saat ini perseroan telah menetapkan strategi mitigasi resiko dalam menghadapi COVID-19 yaitu Business Continuity Management, yang terdiri dari 3 fase: Business Survival, Business Recovery dan Business Sustainability.

President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan fase yang tengah dijalankan perseroan saat ini adalah Business Survival yang didalamnya memiliki program Perlindungan Tenaga Kerja (Workforce Protection) dari COVID-19.

“Salah satu prioritas PT Angkasa Pura II saat ini adalah Workforce Protection, agar kami mampu menjalani fase Business Survival sehingga survive dalam menghadapi tantangan COVID-19. Setelah survive, maka PT Angkasa Pura II akan menuju ke Business Recovery dan kemudian masuk ke tahapan Business Sustainability,” ujar Muhammad Awaluddin.

Program Workforce Protection juga bertujuan untuk menghadirkan operasional bandara yang nyaman dan sehat serta melindungi kesehatan seluruh pekerja, traveler, dan pengunjung bandara.

Operasional bandara sendiri sangat erat terkait dengan keberadaan personel operasional yang turun langsung memastikan bekerjanya bandara.

Secara umum terdapat 2 (dua) kategori personel operasional yang berada di bawah operator bandara. Pertama, personel wajib (mandatory operation) untuk mendukung aspek keamanan dan keselamatan. Lalu Kedua, personel yang bertugas menjaga aspek pelayanan dan pendukung operasi bandara (non mandatory operation).

Personel yang termasuk dalam kategori operasi mandatory adalah personel Aviation Security (Avsec), lalu Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) dan Apron Movement Control (AMC). Operator bandara tidak dapat mengoperasikan bandara jika tidak terdapat personel operasi mandatory yang mencukupi.

Sementara itu personel yang bertugas menjaga aspek pelayanan antara lain Customer Service; Terminal Inspection Service (TIS); Electrical, Mechanical & Engineering dan lain sebagainya.

Jumlah personel operasional di 19 bandara mencapai sekitar 3.500 orang atau sekitar 60% dari total karyawan organik PT Angkasa Pura II sebanyak 5.900 orang.

Muhammad Awaluddin mengatakan sejumlah protokol sudah dijalankan dalam rangka program Workforce Protection.

“Kami berupaya untuk tetap membuat bandara sebagai tempat yang nyaman, aman dan sehat serta melindungi kesehatan pekerja, traveler dan pengunjung bandara. Oleh karena itu, PT Angkasa Pura II sudah menjalankan berbagai protokol di tengah penyebaran COVID-19.”

Protokol pencegahan sudah dijalankan perseroan antara lain melakukan penyesuaian pola dan jam operasional bandara sehingga personel operasional dapat menerapkan konsep kerja dari rumah (work from home/WFH).

Perseroan juga memiliki protokol kewaspadaan dan pengendalian COVID-19, yaitu Tracing & Tracking Management System berbasis teknologi informasi dan merupakan salah satu fitur di dalam aplikasi internal PT Angkasa Pura II yakni iPerform.

“Tracing & Tracking Management System sebagai bentuk antisipatif, kewaspadaan dan pengendalian perseroan di tengah pandemi COVID-19 supaya bandara-bandara dapat tetap beroperasi melayani akses transportasi udara nasional,” ujar Muhammad Awaluddin.

Muhammad Awaluddin menjelaskan Tracing Management system dilakukan untuk melakukan identifikasi dan pelacakan personil yang memiliki gejala terinfeksi COVID-19, lalu melakukan proses rapid test sebagai deteksi dini, kemudian melakukan penanganan lanjutan setelah dilakukan rapid test.

Rapid test ini secara berkelanjutan dilakukan di bandara-bandara perseroan, dan hingga saat ini sudah dilakukan di Soekarno-Hatta (Tangerang), Halim Perdanakusuma (Jakarta) dan Husein Sastranegara (Bandung).

Sementara itu, lanjut Muhammad Awaluddin, Tracking Management System dilakukan untuk memantau apabila terdapat karyawan atau keluarga karyawan yang tengah menjalani isolasi/karantina mandiri, atau perawatan oleh rumah sakit melalui mekanisme self reporting (pelaporan mandiri) oleh karyawan.

Tracking Management System sendiri menerapkan konsep self reporting atau laporan mandiri yang dilakukan personel karyawan secara berkala. Misalnya apabil terdapat personel dengan status ODP atau PDP maka yang bersangkutan akan melapor di melalui aplikasi iPerform mengenai mengenai kondisi kesehatan setiap harinya.

“Hasil dari proses Tracing dan Tracking System Management tersebut selalu di-update secara real time di Dashboard COVID-19 yang khusus kami gunakan untuk memantau status atau kondisi terkini karyawan PT Angkasa Pura II saat pandemi masih terjadi.”

“Tracing dan Tracking Management System dan Dashboard COVID-19 ini sangat membantu PT Angkasa Pura II untuk menghadirkan operasional bandara yang sehat, nyaman dan aman saat ini dan seterusnya,” jelas Muhammad Awaluddin.

Berdasarkan protokol yang sudah dijalani, PT Angkasa Pura II memastikan personel operasional yang bertugas seluruhnya telah memenuhi aspek kesehatan yang dipersyaratkan.

Related Post

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *