DENPASAR – Hadirnya Presiden Joko Widodo dalam pawai Pesta Kesenian Bali 2019, membuat seluruh peserta tampil maksimal. Termasuk juga Kabupaten Bangli yang mengawali pawai, Sabtu (15/6), di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Denpasar. Konsep yang diusung Bangli adalah Tamiang.
Tamiang dikenal juga dengan ube rampe atau perlengkapan upacara. Tamiang dibuat dari daun kelapa atau enau. Bentuknya bundar seperti perisai.
Dalam kosmologi Hindu, Tamiang menjadi lambang perputaran dunia. Di situ juga ada simbol perlindungan kehidupan manusia. Artinya, Tamiang erat dengan Bayu sebagai energi hidup.
Kontingen Kabupaten Bangli juga menampilkan Busana Payas Agung. Busana khas Bangli ini dilengkapi dengan Canang Rebong dan Pasepan. Ada juga barisan Uparengga dan Redung. Uparengga terdiri Bandrangan, Kober, hingga Umbul-Umbul. Bangli tak ketinggalan menampilkan busana adat pengantin khas Pengotan dengan diiringi suling.
“Kami semua memang terpukau oleh warna eksotis yang ditampilkan peserta. Semuanya luar biasa, baik itu kostum, gerak tari, dan musiknya. Semuanya sungguh luar biasa. Mereka menerkemahkan konsep event ini secara utuh dan detail,” ungkap Ketua Tim Pelaksana CoE Esthy Reko Astuty, Sabtu (15/6).
Penampilan Bangli semakin mencuri perhatian dengan penampilan tradisi Masentugan. Ini adalah tradisi perang ketupat yang dilaksanakan dalam Upacara Ngusaba di Pura Penataran. Upacara itu dilaksanakan setiap rainan purnama sasih desta.
Tradisi ini ditujukan kepada Bhatara Sehuhunan dengan iringan Balaganjur. Untuk menampilkan tradisi ini, dibutuhkan sekitar 100 orang seniman.
“Ada banyak sekali inspirasi yang disampaikan dari event ini. Tiap wilayah tentu beragam, tapi benang merahnya satu. Dengan keunikannya tersebut, kami berharap wisatawan datang langsung ke kabupaten atau kota di Bali. Silahkan eksplorasi beragam keindahannya. Selain budaya, ada warna alam yang kental di sana. Kulinernya juga sangat otentik. Cita rasanya nikmat,” terang Esthy lagi.
Sajian tidak menarik ditampilkan Kota Denpasar dengan ‘Purradhipa Bhara Bhavana’. Pesan yang mereka sampaikan adalah peningkatan kemakmuran rakyat. Konsep ini bisa diterjemahkan dengan penguatan industri pariwisata. Harapannya, kunjungan wisatawan tinggi sehingga berimpact positif pada ekonomi. Ada transaksi dari spending wisatawan dan perputaran uang semakin besar.
Delegasi Denpasar menampilkan tedung. Ada juga sajian kolosal berbagai rupa kipas tangan. Aktivitas ini melibatkan 100 orang dengan diiringi Gamelan Gandrung. Pada akhir, Denpasar menyajikan seni tradisi Tari Baris Ngengklong. Tarian tersebut kerap ditampilkan pada Pura Tambangan Badung. Gerakan tarinya dikombinasikan dengan silat. Musik pengiringnya Balaganjur.
“Kehadiran delegasi tuan rumah menjadi daya tarik tersendiri. Hal ini menegaskan betapa kayanya Bali akan budaya. Dengan parade ini, nama Bali sebagai brand pariwisata akan semakin melambung. Parade ini jadi bagian promosi daerah. Ke depannya, sebaran wisatawan di Bali makin merata,” jelas Asisten Depduti Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenar Muh. Ricky Fauziyani.
Pawai Pesta Kesenian bali ditutup Gianyar. Kabupaten ini kerap dijuluki sebagai ‘Bumi Seni’. Gianyar menampilkan Gong Bei dan Gong Luang. Gianyar juga mempersembahkan Tari Sanghyang Jaran yang diakui Unesco.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, branding daerah melalui event Pesta Kesenian Bali 2019 berhasil.
“Daerah berhasil mengangkat potensinya. Mereka berhasil menarik perhatian publik dengan beragam warna budayanya. Pesta Kesenian Bali memang panggung terbaik. Dengan potensinya, pergerakan para wisatawan akan positip di seluruh Bali,” tutup Arief yang juga Menpar Terbaik Asia Pasifik. (*)