TANJUNG SELOR: Angin segar berhembus dari Pemprov Kalimantan Utara (Kaltara) saat penutupan Musik Alam 2k19, di Tanjung Selor, Minggu (29/9) malam. Gubernur Kaltara Irianto Lambrie mengatakan akan terus mendukung acara ini dan menjadikannya sebagai agenda tahunan yang masuk dalam anggaran APBD.
“Kegiatan ini positif karena itu perlu didukung. Apalagi anak-anak muda kita telah menunjukan kreativitasnya yang saat ini menjadi perhatian. Semoga ini bisa membawa kemajuan pariwisata di Kaltara,” kata Irianto.
Menurut Irianto kualitas manusia bisa dilihat dari kreativitas seni dan budayanya serta inovasinya. “Kami lihat acara ini telah menunjukkan hal tersebut,” ujarnya.
Dimata Irianto, kesenian, khususnya musik, membuat manusia jadi memiliki perasaan halus, lebih tenang dan damai. “Di sini yang ditampilkan musik alam, dikemas dengan nuansa alam, dan saat ini di dunia modern sebagian besar ingin kembali ke alam. Jadi acara ini sangat pas untuk menarik wisatawan,” kata Irianto.
Lebih jauh Irianto mengatakan musik merupakan bahasa universal yang menyatukan. “Dengan seni musik bisa menghanyutkan kita pada perasaan batin, juga bersikap optimis menatap ke depan. Karena itu kegiatan ini patut diapresiasi dan ini suatu keberanian anak muda Kaltara untuk menunjukan kreativitas dan inovasi sebagai pemicu utama untuk kita lebih maju. Kreativitas dan inovasi itu mendorong kita untuk memiliki daya saing, meningkatkan nilai tambah,” kata Irianto.
Jika Kaltara, kata Irianto, penduduknya.memiliki kreativitas dan inovasi yg bagus maka akan meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya. “Sekali lagi ini adalah kegiatan anak muda yang kreatif yang perlu didukung. Pemprov mendukung penuh dan akan menjadikannya sbg agenda tahunan. Dan di Tanjung Selor ini akan dibangun tempat untuk anak-anak muda berkreativitas. Akan dianggarkan dalam anggaran daerah disesuaikan dengan kemampuan,” kata Irianto.
Usai seremonial penutupan, acara puncak diisi oleh beragam penampilan musik etnik. Dengan suara-suara alam, kicau burung , gemericik air, hembusan angin, batang-batang pohon yang beradu, seruling bambu membuat suasana alam yang syahdu.
Tembang rumah kita yang dibawakan duet ozan ebil dan Ali Gardy hadir dengan nuansa etnik yang membawa penonton pada suasana rumah di dekat alam. Penonton pun terbius ikut bernyanyi.
Sederet musisi etnik lainnya tampil memukau penonton, seperti Ganzerlano asal NTT yang membawakan tembang Ibu Pertiwi dengan alat musik Sasandonya. Tembang ini menjadi gambaran Indonesia yang belakangan banyak dirundung persoalan. Selain kedua musisi tersebut, juga tampil grup Sang Gunta, Adam Alaydrus, Uyau Moris, dan terakhir spesial guest Pusakata yang memukau penonton.
Perwakilan dari Calender of Event (CoE) Kemenpar Tazbir yang menyaksikan pergelaran Musik Alam 2K19 mengaku senang melihat kreativitas anak muda Kaltara. Ia juga memuji acara yang berlangsung sukses meski ada beberapa masukan untuk perbaikan ke depannya.
Musik Alam nya sendiri menurut Tazbir secara konsep bagus, tata panggung dan soundsistem bagus. Apalagi konsep yang diambil itu etnik yang dekat dengan alam. Musik dengan konsep dekat dengan alam ini pas mengingat Kaltara yang banyak memiliki hutan. “Borneo itu dikenal dengan hutannya. Jadi konsep musik alam ini saya rasa sudah pas jika kita ingin mengembangkan eko wisata berbasis alam,” kata Tazbir.
Secara terpisah Menpar Arief Yahya mengatakan sebagai wilayah perbatasan, Kaltara memiliki pasar yang lebih luas untuk wisman negara-negara tetangga. “Kalltara merupakan pintu masuk ke Indonesia bagian utara. Sebagai wilayah perbatasan ia harus pandai membuat event menarik yang bisa memancing wisman tetangga untuk datang ke rumah kita. Membelanjakan uangnya di rumah kita,” kata Arief Yahya.