Eco-Nature, Eco-Culture dan Eco-Sciense, Tiga Jalur Wisata Ala Kemenparekraf di Danau Toba

847 0

JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar Focus Group Discussion (FGD) “Pembahasan Pola Perjalanan Wisata Overland Wonderful Flores, Journey Into the Magnificent Toba Caldera dan Borobudur Trail of Java Civilization”.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf, Rizki Handayani menerangkan, pola perjalanan ini disusun agar pihaknya paham pola pergerakan wisatawan dan siapa yang akan didorong untuk didatangkan menikmati keindahan Danu Toba. “Penyusunan pola perjalanan ini agar kita mengetahui pola pergerakan dan siapa yang akan didorong untuk datang ke Toba,” kata Rizki di Hotel Sari Pacific Jakarta, Rabu (26/1/2020).

Menurut perempuan yang karib disapa Kiki itu, tren ke depan sektor pariwisata akan lebih menuju kepada special interest market. “Anak-anak muda ingin memberikan kontribusinya nanti misalnya di jalur nature bisa saja ada trip sepeda. Ini data yang sudah ada. Dari kacamata wisatawan, empat letusan itu amat potensial, tetapi bukan itu tujuan dan target utama,” kata Kiki.

Kiki menilai pada dasarnya proses penggalian identifikasi sudah terbilang cukup baik. “Hanya saja, jika dikaitkan dengan pola perjalanan minat akan sangat spesifik. Saya kembali lagi dari goals, tujuan. Bisa mendapatkan informasi, inspiring dan bahan penyusun pola perjalanan,” ungkap dia.

Yang harus diperhatikan juga yakni pandemi Covid-19 membuat semua jenis bisnis harus beradaptasi. Tren ke depan wisatawan berubah. Siapa mereka dan karakternya juga berubah. Antara milenial, spesial interest seperti tenun tentu memiliki pasar berbeda-beda.

Direktur Wisata Alam, Budaya dan buatan Kemenparekraf, Alexander Reyaan menyampaikan, awalnya tim perumus membuat empat jalur wisata Danau Toba mengikuti sejarah masa lalu, di mana ada empat letusan yang membentuk kaldera Toba. “Setelah internal mengkaji ulang, 4 jalur itu segmen yang akan sangat terbatas. Maka dikerucutkan menjadi tiga jalur,” ungkapnya.

Pria yang karib disapa Alex itu menerangkan, untuk jalur eco-nature melingkupi Air Terjun Sipiso Piso, Lisa Andi Leo’s Organic Coffee, Pusuk Buhit Mountain, Taman Wisata Kera Sibaganding dan Taman Eden 100 Tobasa.

Untuk jalur eco-culture meliputi Lumban Suhi Suhi Toruan, Istana Makam Raja Sisingamangaraja, Sentra Ulos Desa Meat, Museum Batak TB Silalahi, Makam Tua Raja Sudabutat dan Museum Huta Bolon Simanindo.

“Untuk jalur eco-sciense kami bagi ke empat sub jalur yang masing-masing memiliki jalurnya sendiri. Empat sub jalur itu adalah Jalur Kaldera Porsea, Sub Jalur Kaldera Haranggaol, Sub Jalur Kaldera Sibandang dan Sub Jalur Pulau Samosir,” terang Alex.(*)

Related Post

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *