JAKARTA – Grand Prix Marching Band menjadi motor potensial penggerak pariwisata. Digelar Sabtu (28/12), event mampu menarik ribuan peserta. Kompetisi marching band bergengsi skala nasional 2019 tersebut dihelat di Istora Senayan Jakarta. Jumlah pesertanya diprediksi meledak pada penyelenggaraan tahun 2020 seiring perubahan formatnya.
Event Grand Prix Marching Band (GPMB) 2019 menggerakan peserta hingga 1.320 orang. Menjadi yang terbaik di Indonesia, mereka terbagi dalam 11 tim. Opening ceremonynya dilakukan Ketua Wantimpres Jenderal (Purn) Wiranto yang didampingi Jenderal (Purn) Agum Gumelar selaku Ketua Pembina GPMB. Kompetisi semakin menarik karena memperebutkan Piala Bergilir Presiden RI.
“Jumlah peserta yang bergabung di GPMB 2019 sangat banyak. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Kehadiran ribuan peserta tersebut tentu bagus bagi pariwisata, khususnya Jakarta. Kehadiran mereka menghidupkan industri pariwisata. Hotel, kuliner, transportasi, hingga lini bisnis lainnya ikut menikmati manfaat ekonomi event,” ungkap Ketua Pembina GPMB Agum Gumelar.
Secara keseluruhan, GPMB 2019 memasuki edisi ke-35. Positif bagi pariwisata, GPMB ini kali pertama digelar 1982. Postur event tersebut pun terus berkembang tahun depan baik format maupun kapasitas pesertanya. Direncanakan digelar di Batam, Kepulauan Riau, 8-15 September 2020, format event tersebut berganti menjadi internasional. Venuenya di Stadion Tumenggung Abdul Jamal, Batam.
“GPMB sangat potensial untuk menggerakan pariwisata. Minat pesertanya sangat banyak. Jumlahnya ribuan. Untuk itu, kami tertarik mengelar tersebut di Batam tahun depan. Dengan beragam potensi yang dimiliki Batam, event ini akan semakin menarik digelar di sana. Apalagi, beberapa inovasi diterapkan,” terang Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau Buralimar.
Digelar di Batam, label kompetisi tersebut akan berubah menjadi Batam Tourism International Marching Championship (BTIMC). Inovasi tersebut diprediksi mampu menghadirkan 3.500 peserta. Mereka pun datang dari 22 negara. BTIMC pun rencananya akan mengadopsi format Marching Band Piala Sultan di Yogyakarta. Nantinya, BTIMC akan menggelar Street Parade di Jalan Engku Putri, Batam Center, Batam.
“Kami sudah melakukan kalkulasi atas beragam nilai positif dari gelaran event ini. Secara umum, nilai ekonominya tinggi. Apalagi event ini digelar lama sekitar 9 hari. Manfaat ekonomi tersebut tentu bagus bagi masyarakat,” ujar Buralimar lagi.
Perubahan postur kompetisi tersebut diikuti kenaikan hadiah hingga Rp1 Milyar. Lebih spesial, BTIMC juga dipercaya memiliki value ekonomi tinggi hingga Rp19,5 Miliar. Artinya, ada aliran income sangat kompetitif yang bisa dinikmati masyarakat. Khususnya, para pelaku industri pariwisata dan kreatifnya.
“Keputusan Batam menggelar event BTIMC tentu sangat bagus. Pergerakan wisman di sana tentu naik. Lebih penting ada aliran keuntungan ekonomi yang bisa dinikmati masyarakatnya. Sebab, wisman di Batam memiliki spending yang kompetitif dari tiap kunjungannya,” papar Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenparekraf Dessy Ruhati.
Mengacu kemampuan spending wisman di Batam saat ini, nilainya sekitar USD162,25 per hari. Rata-rata length of stay wisman di Batam sekitar 3,35 hari. Dari komposisi tersebut, destinasi Batam mendapatkan income dari wisman USD543,53 per orang per kunjungan. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani menegaskan, BTIMC membuat destinasi Batam semakin kompetitif.
“Batam tentu menjadi destinasi yang semakin menarik dengan kehadiran BTIMC. Dengan kemasan baru dan menarik, event tersebut tentu semakin optimal menggerakan pariwisata Batam. Apalagi, rata-rata spending wisman di Batam memang kompetitif. BTIMC tentu membuat kompetitif Batam,” tutupnya.(****)