LABUAN BAJO – Kementerian Pariwisata tidak pernah berhenti memperkuat aspek 3A di destinasi. Apalagi, untuk destinasi sekelas Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Tujuannya, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Di tempat ini, Kementerian Pariwisata menghadirkan konsep amenitas nomadic. Yaitu membangun homepod. Lokasinya di Desa Wisata Liang Ndara, Manggarai Barat.
Homepod dikenal juga sebagai rumah telur. Ia adalah penginapan berbentuk bangunan portable. Karakternya semi-fixed. Bangunan ini bisa dibongkar kembali setelah dipasang. Umumnya, masa pakai Homepod minimal 6 bulan hingga 1 tahun.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman, pembangunan homepod adalah inisiasi Kemenpar.
“Pembangunan homepod berada di Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata. Atau inisiasi kita. Homepod ini dibangun di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas. Dan merupakan pilot project. Selain di Desa Liang Ndara, homepod juga kita bangun di Desa Wisata Sigapiton Danau Toba,” papar Dadang, Kamis (25/7).
Selain di Labuan Bajo, proses pembangunan homepod juga sedang dilakukan di Mandalika, Morotai, dan Wakatobi. Semuanya masuk dalam Destinasi Pariwisata Prioritas. 4 Lokasi homepod yang akan dibangun, berada di wilayah pengembangan destinasi regional III.
Ditambahkannya, pembangunan homepod ini sesuai dengan konsep nomadic tourism. Sebagai daerah yang banyak dikunjungi wisatawan, Dadang menilai Labuan Bajo harus memiliki banyak amenitas.
Namun, untuk membangun amenitas mewah seperti hotel, dibutuhkan biaya yang besar dan memakan waktu yang cukup lama.
“Itulah mengapa kita terapkan amenitas nomadic. Konsepnya, solusi sementara sebagai solusi selamanya,” terang Dadang lagi.
Sementara Asdep Pengembangan Destinasi Regional III Kemenpar Harwan Ekon Cahyo, mengatakan pembangunan ini sekaligus respons atas tingginya kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo.
“Kita melihat jumlah kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo sepanjang 2018 cukup tinggi. Oleh karena itu, kita menawarkan homepod. Dan amenitas ini bisa menjadi alternatif. Khususnya buat para wisatawan nomadic. Yang memiliki mobilitas tinggi,” papar Harwan.
Ditambahkan Harwan, peran aktif Kadisparbud Manggarai Barat, Augustinus Rinus, dalam merespons program pusat patut diberikan acungan jempol. Karena, Augustinus Rinus sangat mendukung pengembangan Manggarai Barat.
Menurutnya, selain anggaran rutin Kemenpar, program pengembangan destinasi super prioritas Labuan Bajo juga didukung oleh Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana itu tidak hanya untuk pembangunan homepod saja. Tapi juga penataan kawasan objek wisata yang ada di Labuan Bajo.
Khususnya, objek wisata andalan di Bajo seperti kawasan TN Komodo (Pulau Komodo, Pulau Rinca) Pink Beach, Goa Batu Cermin, Air Terjun Cunca Wulang, dan Goa Rangko. “Selama di Bajo, wisatawan bisa melakukan berbagai aktivitas. Seperti Snorkiling, Diving, Trekking, Liveaboard, Wisata Kuliner di Kampung Ujung,” sambung Harwan.
Ditambahkannya, pengembangan di Labuan Bajo sebagai Destinasi Super Prioritas meliputi semua aspek 3A. Untuk Aksesibilitas, dilakukan pengembangan Bandara Komodo menjadi Bandara Internasional. Juga pembangunan Pelabuhan Marina yang terintegrasi dengan hotel. Dan sudah ada Kapal Marina Komodo yang melayani wisatawan ke pulau-pulau di kawasan TN Komodo. Untuk Amenitas, ada Ayana Resort yang sudah beroperasi.
“Saat ini pengembangan destinasi Labuan Bajo diarahkan ke Utara untuk pengembangan pelabuhan niaga. Sehingga, terpisah dengan Pelabuhan Marina. Akses dan atraksi jalur selatan juga sedang dikembangkan untuk bisa tembus ke Kampung Wae Rebo Kabupaten Manggarai. Nantinya, jalur wisatawan yang datang dan keluar Labuan Bajo bisa melalui jalur utara maupun selatan,” papar Harwan.
Berdasarkan data BPS, jumlah Wisatawan Nusantara yang berkunjung sebanyak ke Kabupaten Manggarai Barat tahun 2018 sebanyak 91.330 orang. Sedangkan Wisatawan Mancanegara 71.111 orang.
Sementara untuk tahun 2019, kawasan ini diproyeksikan bisa menghadirkan 500.000 wisman, dan 1.000.000 wisnus.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, Selasa (23/7) lalu berkesempatan menyaksikan homepod di Desa Wisata Liang Ndara. Menpar bahkan sempat melihat bagian dalamnya.
“Pilihan destinasi Manggarai Barat mengembangkan konsep Nomadic Tourism sangat ideal. Alam dan budaya eksotisnya sangat mendukung. Para wisatawan semakin dekat dengan alam. Mereka mendapat experience lebih, khususnya melalui Homepod ini. Destinasi juga punya daya tampung besar,” tutur mantan Dirut PT Telkom itu.
Dijelaskannya, amenitas dalam konsep nomadic tourism cukup banyak. Selain Homepod, ada juga Caravan dan Glamping.
“Investasi yang dikeluarkan untuk mengembangkan amenitas nomadic sangat ramah. Yang jelas, pangsa pasarnya sangat menjanjikan. Kami berharap, akan ada banyak tempat di Nusa Tenggara Timur yang menerapkan konsep amenitas seperti ini. Segala aspeknya sangat potensial,” terang Menpar.(*)