Hangat dan Interaktif, Edisi 2 Dialog I’M Gen Z Kumpulkan Anak Negeri dari Penjuru Dunia

748 0

JAKARTA – Edisi ke-2 program dialog Indonesia Millenial & Generasi Z (I’M Gen Z) mendapat perhatian besar publik. Memakai format virtual public lecturing (via Zoom), program ini mampu mengumpulkan masyarakat Indonesia dari segala penjuru dunia, Jumat (5/6). Mereka sangat menikmati hangat dan interaktifnya inspirasi yang ditiupkan oleh narasumber super kompeten.

“I’M Gen Z menawarkan banyak inspirasi. Kami gembira karena respon besar ditunjukan publik. Warga Indonesia yang berada di luar negeri juga ikut bergabung dengan bantuan teknologi. Program tersebut menjadi jembatan gagasan untuk kemajuan Indonesia,” ungkap Anggota Komisi 7 DPR RI Maman Abdurrahman, Jumat (5/6).

Dialog I’M Gen Z dimulai Jumat (5/6) tepat pukul 15.30 WIB. Selain Maman, narasumber lainnya adalah Menko Maritim dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan. Temanya Indonesia sebagai Episentrum Global Value Chains. Dialog tersebut mampu menarik minat sekitar 142 peserta. Mereka berasal dari berbagai latar belakang.

Menariknya lagi, dialog juga mampu menarik perhatian para warga negara Indonesia (WNI) yang kini tinggal di luar negeri. Mereka bergabung dari 13 negara. Untuk area ASEAN ada perwakilan WNI yang tinggal di Singapura, Malaysia, dan Thailand. Ada juga WNI yang tinggal di India, Taiwan, Libanon, dan Tiongkok. Sisanya berada di Amerika Serikat, Mesir, Rusia, Jerman, Hongaria, dan Azerbaijan.

“Sesuai dengan tema, maka investasi itu sangatlah penting. Apalagi, investasi asing. Yang jelas, investasi yang masuk tetap mengedepankan sikap nasionalisme. Tujuannya untuk mendatangkan asas manfaat untuk negara dan rakyat,” terang Maman.

Mengacu polarisasi perekonomian dunia, maka dominasi sumber investasi saat ini berada di Tiongkok dan Amerika Serikat. Perekonomian Tiongkok mampu memengaruhi perekonomian global hingga 18%. Adapun penetrasi Amerika Serikat memiliki slot sekitar 25%. Artinya, Tiongkok tetap sebagai oase guna menarik keuntungan bisnis.

“Kondisi perekonomian dengan iklim investasinya sudah bisa diprediksi sejak awal. Itu sebagai imbas dari Covid-19. Tapi, kami percaya kalau ekonomi Indonesia tetap bagus untuk investasi. Kalau bicara investasi, suka atau tidak maka harus berbicara Tiongkok. Tiongkok itu kekuatan ekonomi dunia. Jadi, janganlah berpikiran sempit,” jelas Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan.

Terpapar Covid-19, perekonomian global mengalami perlambatan yang luar biasa. Untuk Indonesia, tingkat pertumbuhan PDB riil (yoy) pada Triwulan I 2020 sebesar 2,97%. Prosentase itu jauh di bawah periode sama tahun 2019 yang mencapai 5,1%. Adapun Triwulan IV tahun 2019 memiliki pertumbuhan PDB hingga 5,0%. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi awal tahun ini masih kompetitif.

Mengacu PDB riil (yoy) negara lainnya justru minus. Tiongkok mengalami koreksi tajam hingga -6,8%, padahal Triwulan I tahun 2019 mencapai pertumbuhan 6,4%. Serupa nasib Singapura yang terkoreksi -2,2%, meski periode sama tahun sebelumnya berada di angka 1%. Meski demikian, Vietnam juga bisa menghasilkan pertumbuhan positif hingga 3,8%. Adapun periode sama 2019 berada pada angka 6,8%.

“Investasi itu bukan lagi soal asing atau aseng. Sebab, pemerintah juga memiliki filter kuat. Tujuannya, agar investasi asing yang masuk juga memberi manfaat bagi negara dan rakyat. Pemerintah juga tidak pro terhadap investor dari negara tertentu saja. Semua diakomodir, meski besaran alirannya tetap dari negara dengan ekonomi kuat saat ini,” tutup Chief Executive I’M Gen Z Budi Setiawan.(*)

Related Post

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *