TANJUNGPINANG – Untuk merayakan hari jadi ke-22, Pusat Latihan Seni Sanggam menggelar Pokez Seni 1.0 di Gedung Gonggong, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, 14-17 Maret mendatang.
Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau Boeralimar mengatakan, Pokez berasal dari Pokes, yaitu nama lain dari pesta. Pokes biasa digelar pada zaman 60-an oleh anak-anak muda yang ada di Tanjung Pinang dan Karimun. Definisi lain dari Pokez adalah sebuah pesta penghujung minggu.
“Saat itu, Pokes jadi hiburan yang sangat ditunggu. Tidak semua orang boleh masuk. Hanya mereka yang mendapat tiket atau undangan yang boleh ikut. Biasanya hanya orang-orang terdekat. Untuk orang lain, mereka boleh masuk jika diajak oleh pihak yang punya tiket,” ungkapnya, Sabtu (9/3)
Pokes tidak berlangsung semalam suntuk, apalagi sampai berhari-hari. Dalam hitungan jam atau sebelum jam 12 malam, Pokes sudah selesai. Namun begitu, tetap ada kesan yang mendalam bagi pelakunya, hingga saat ini ketika mengenang acara tersebut.
“Seiring majunya teknologi dan perkembangan zaman, lambat laun Pokes ditinggalkan. Jika ingin party, orang bisa datang ke club malam. Akhirnya Pokes benar-benar tinggal kenangan,” ucapnya.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menyatakan, gelaran Pokes kali ini bukan untuk menghidupkan kembali, tapi hanya mengambil spirit pesta dan kebersamaan yang pernah ada. Ditakik dengan nama yang sama, tapi sedikit mengubah akhiran agar kekinian, dari Pokes menjadi Pokez.
“Dari panitia, kegiatan Pokez kali ini akan diisi dengan lomba tari tunggal, panggung musik, mural perform, pameran perjalanan seni Kota Tanjungpinang, bincang kesenian, dan bazar kreatif. Khusus lomba tari tunggal, dibatasi hanya untuk 20 peserta. Terbagi atas 10 peserta dari luar Kepri dan 10 peserta dari dalam Kepri,” jelasnya.
Menurutnya, seluruh elemen yang ada di Pokes zaman dulu juga akan dihadirkan. Antara lain lampu berwarna, musik dan dansa. “Yang pasti, Pokez sekarang bakal menghadirkan anak-anak muda kreatif dari lintas seni,” tegasnya, diamini Asdep Bidang Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menambahkan, budaya menjadi salah satu alasan wisatawan mau liburan ke suatu daerah. Sebab itu, budaya harus dilestarikan karena memiliki nilai ekonomis. Ia meyakinkan, seni budaya menjadi produk yang laku dijual untuk turis mancanegara.
“Saya mendorong agar para penggiat kebudayaan mampu menghasilkan daya kreasi yang bernilai komersial tinggi. Dengan demikian, masyarakat bisa mendapatkan pertunjukan yang berkualitas. Terpenting, budaya harus terus dilestarikan. Semakin dilestarikan, akan makin mensejahterakan,” tandasnya. (*)