BAUBAU – Kekayaan tenun khas Buton didisplay saat Festival Keraton Kesultanan Buton 2019. Ada 9 motif yang ditampilkan melalui karnaval. Program Pesona Tenun Karnaval ini memakai jalanan Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, sebagai catwalk-nya.
Pesona Tenun Karnaval dilangsungkan Rabu (16/10). Tema yang diangkat ‘Tenun Hasil Karya Anak Negeri’ Lokasinya di Lapangan Lembah Hijau, Baubau. Panjang track sekitar 2 Kilometer. Karnaval melewati sedikitnya 5 ruas jalan di Kota Baubau. Karnaval diikuti 140 kelompok peserta. Sekitar 3.000 orang peserta terlibat dalam kegiatan ini.
“Semua elemen masyarakat tetap melestarikan tenun khas Buton. Tenun di sini merupakan warisan dari leluhur. Semuanya masih otentik dan ini menjadi potensi besar bagi pariwisata Baubau. Motifnya pun kini berkembang dan kami tampilkan melalui Pesona Tenun Karnaval,” ungkap Walikota Baubau AS Tamrin.
Peserta karnaval sangat beragam. Ada stakeholder pemerintahan. Ada juga kalangan civitas akademika plus paguyuban atau kerukunan masyarakat se-Baubau. Untuk paguyuban sedikitnya ada 10, yaitu Jawa, Rumpun Bombona Wulu, Karaengta, Makassar, Muna, Wakatobi, Toraja, juga Tolandona. Tamrin menambahkan, karnaval hanya menampilkan tenun dengan motif khas sarung Buton.
“Buton memiliki beragam motif khas sarung. Melalui karnaval ini publik tahu betapa menariknya tenun khas Buton. Apalagi, tenun di sini memiliki warna yang khas. Kesemua potensi tersebutlah yang akan terus menaikan pariwisata Baubau. Kami tentu senang, apalagi respon publik positif. Mereka antusias menikmati karnaval dengan beragam motif tenun yang ditampilkannya,” lanjutnya.
Motif yang ditampilkan antara lain Bhia Kolau berbentuk kotak-kotak. Ada juga Bhia Itanu atau corak garis, lalu Bhia Kasopa yang berupa garis-garis kecil. Tenun sarung juga menawarkan motif Bhia Bhoke atau Tenun Ikat. Warna lain adalah Bhia-Bhia Itanu Angka atau ornamen geometris, termasuk corak kotak dan ornamen geometris hia Kolau Angka.
“Tenun menjadi kekayaan tak ternilai dari Baubau. Semuanya masih dilestarikan dengan baik. Tenun ini bahkan berkembang menjadi industri. Ada banyak manfaat ekonomi yang dinikmati masyarakat Buton dari tenun. Apalagi, sekarang ada karnaval. Otomatis masyarakat banyak yang mencari tenun dengan motif tertentu,” jelas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Baubau Ali Arham.
Motif tenun sarung ala Buton terbagi menjadi 2 kelompok. Motif Kotak-Kotak dan Satu Garis Horisontal. Motif Kotak-Kotak identik dengan kaum pria, lalu Satu Garis Horisontal menjadi identitas wanitanya. Meski, wanita Buton kadang mengenakan tenun dengan motif kotak. Lebih detail lagi, motif tenun sarung Buton tidak mengenal lengkung. Semuanya berupa garis lurus.
Motif tenun tersebut berkembang didasarkan atas ketebalan garisnya. Motif juga semakin beragam efek perpaduan warna yang digunakan. Sebut saja, motif Kambana Tangkurera atau Bunga Belimbing. Motif lainnya Sama Sili dengan ciri penggunaan benang emas atau perak, lalu Tembaga dengan warna merah kekuningan. Motif Lumunauwe, Kaowiowi, Kambana Bosu, hingga Makuninautolus juga berkembang.
“Tenun khas Buton sangat luar biasa, apalagi ditampilkan melalui karnaval. Tenun dengan bentuk sarung menjadi identitas sosial pemakainya. Apalagi, dikombinasikan dengan busana adat khas Buton. Kehadirannya membuat Festival Keraton Kesultanan Buton 2019 makin menarik. Kami rekomendasikan tenun Buton sebagai cenderamata,” terang Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kemenpar Esthy Reko Astuty.
Menjadi media branding terbaik, beberapa daerah ikut menampilkan kekayaan budayanya. Kabupaten Bone menyajikan paket lengkap simbol kerajaannya. Ada beragam simbol yang ditampilkan dari rupa benderanya, seperti Garuda. Ikut berparade, delegasi Bone menampilkan pasangan Raja-Ratunya. Ada juga pembawa beragam pernak pernik Raja, laskar wanita, hingga Sandro (ahli metafisika).
“Setiap daerah di nusantara memiliki motif tenunnya masing-masing. Dengan bentuk sarung, tenun dari Buton tentu sangat khas. Apalagi, biasanya tenun berupa kain. Memiliki beragam kekhasan, tenun Buton harus mendapat porsi branding ideal. Festival ini media branding yang bagus. Perhatian publik besar,” papar Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Memberikan ruang eksplorasi budaya besar, beberapa seni tradisional juga ditampilkan dalam Pesona Tenun Karnaval. Kerukunan Keluarga Toraja menampilkan 2 tariannya sekaligus. Ada Tari Pa’Gelu yang jadi ungkapan syukur atas melimpahnya hasil panen.
Menariknya, ada tradisi Ma Toding dalam tarian ini. Bentuknya menyelipkan angpao pada ikatan rambut sang penari. Ada juga Tari Ma’Randing yang jadi media penyambutan prajurit dari medan perang.
“Buton memang destinasi wisata menarik. Kekayaan budayanya sangat beragam. Hal itu tentu menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Kami optimistis tenun asal Buton akan terus mendapatkan tempat di pasar. Coraknya menarik dan kompleks dengan warna warni cerah menyegarkan,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik ASEAN.(***)