JAKARTA: Usaha menjadikan Lombok sebagai destinasi kelas dunia berstandard internasional terus dilakukan. Salah satunya dengan mendorong para kepala desa untuk mengembangkan desa mereka menjadi desa wisata, khususnya di Kabupaten Lombok Tengah yang menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Lombok Tengah sendiri terdiri dari 139 desa dengan beberapa di antaranya telah mengembangkan desa wisata yang mampu mendatangkan wisatawan mancanegara. Dari 139 desa itu, sebanyak 50 kepala desa se- Lombok Tengah diajak Kemenpar untuk diskusi dalam “FGD Pengembangan Destinasi Pariwisata Area I ( Bali, NTB, NTT)” di Jakarta, Kamis (20/6).
Menurut Asdep Pengembangan Destinasi Regional III Kemenpar, Harwan Ekocahyo Wirasto kegiatan ini untuk menyamakan persepsi tentang bagaimana peran kepala desa dalam mengembangkan destinasi pariwisata di wilayahnya masing-masing. Terlebih wilayah yang sudah memasuki kawasan ekonomi khusus (KEK).
“Seperti diketahui Mandalika adalah salah satu 10 destinasi prioritas yang tengah didorong menjadi Bali baru sebagai destinasi kelas dunia. Mandalika yang berada di Lombok Tengah merupakan wilayah yang ditargetkan bakal menyangi Bali. Oleh karena itu untuk mempercepat pengembangannya dibutuhkan sinergitas antar stakeholder, salah satunya dengan para kepala desa di kawasan tersebut,” kata Harwan.
Harwan berharap kegiatan ini bisa memotivasi kepala desa yang hadir untuk mengembangkan desa mereka sebagai desa wisata sehingga mampu meningkatkan perekonomian warganya. Mendorong kepala desa agar mau mengajak warganya mengambil peran dalam meningkatkan pariwisata. “Yang utama kesadaran masyarakatnya akan pariwisata terlebih dulu. Setelah ada kesadaran maka akan lebih mudah mengarahkannya,” kata Harwan. “Bapak-bapak, tujuan pariwisata itu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar,” tambah Harwan di depan audiens.
Sementara Vitria Aryani dari Tim Percepatan Pengembangan Desa Wisata mengatakan peran kepala desa amat penting. “Tanpa peran kepala desa, Desa Wisata akan sulit terwujud. Jadi bapak-bapak memang harus kreatif, dengan tetap mempertahankan kekhasan daerah atau desa setempat. Pertahankan budaya dan sistim yang ada. Karena inilah yang menjadi nilai jual,” kata Vitria.
Vitria mencontohkan kegiatan memandikan kerbau di desa. Bagi warganya mungkin hal ini biasa, tapi bagi wisman ini sebuah kegiatan yang menarik. “Bayangkan mereka mau membayar untuk berbasah-basahan, berkubang dalam lumpur demi memandikan kerbau. Pengalaman ini yang akan mereka bawa pulang,” kata Vitria.
Forum Group Diskusi (FGD) yang melibatkan 50 kepala desa Lombok Tengah ini juga membahas bagaimana mengembangkan kawasan lain di NTB seperti diskusi tentang Pengembangan Destinasi Pariwisata Provinsi NTB, Pengembangan Destinasi Desa Wisata, Pengembangan Destinasi Geopark Gunung Rinjani, dan Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Mandalika.
Tampil sebagai pembicara dalam kegiatan ini Vitria Aryani dari Tim Percepatan Pengembangan Desa Wisata yang memberikan materi mengenai Pengembangan Destinasi Desa Wisata. Kemudian Oki Oktariadi dari Tim Percepatan Pengembangan Geopark yang memberikan materi mengenai Pengembangan Destinasi Geopark Gunung Rinjani dan Ari Suhendro dari Tim Percepatan Pengembangan 10 DPP (PIC Mandalika) yang akan memberikan materi mengenai Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Mandalika.(***)