Kementan: Dengan Hilirisasi Pendapatan Petani Tabanan Akan Meningkat

382 0

TABANAN – Kementerian Pertanian mengajak para petani di Kabupaten Tabanan, Bali, untuk melakukan hilirisasi pertanian. Dengan hilirisasi, petani bisa menaikkan nilai jual produk dan akan memberikan tambahan pendapatan. Hal ini turut didukung oleh Bupati Tabanan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, petani sudah harus membuka diri terhadap ilmu dan pengetahuan baru.

“Saat ini, tuntutan untuk pertanian sangat luar biasa. Pertanian harus menyediakan pangan bagi masyarakat. Tetapi, petani juga harus memikirkan cara untuk meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu, petani harus bisa mengelola pertanian dari hulu sampai hilir,” katanya.

Penekanan mengenai pentingnya hilirisasi pertanian juga disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, saat bertemu Bupati Tabanan.

“Petani tidak boleh hanya mengetahui cara tanam, panen, jual. Petani harus tahu lebih dari itu. Petani harus mengerti pertanian dari hulu sampai hilir,” katanya.

Menurutnya, petani di Tabanan telah diarahkan untuk meningkatkan hilirisasi pertanian.

“Di Tabanan, Bupati sudah mengarahkan hilirisasi pertanian untuk meningkatkan nilai tambah. Tentu saja ini kabar baik,” katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan, 70 sampai 80% masyarakat Tabanan hidup dari sektor pertanian.

“Oleh karena itu, produktivitas harus ditingkatkan. Utamanya produktivitas pertanian seperti padi, sayuran, kakao, manggis, salak dan lainnya. Produk pertanian ini memang sudah tinggi, karena tanah subur dan teknologi sudah maju. Tapi tetap harus ditingkatkan,” katanya.

Selain memenuhi pasar di Bali, produk pertanian dari Tabanan juga dikirim ke Jawa, Sulawesi, bahkan ekspor ke mancanegara.

Hanya saja, Dedi berharap agar petani tidak menjual produk bahan mentah atau row material. Alasannya. harga jualnya rendah. Akibatnya, keuntungan yang didapat petani pun rendah.

“Oleh karena itu, kita meminta Pemkab Tabanan untuk terus mengarahkan petani agar menggarap hilirisasi agar keuntungan meningkat. Misal kakao, jika petani jual dalam bentuk biji fermentasi dengan harga Rp 40.000 – Rp 50.000/kg, harus diupayakan agar petani mengolah biji itu menjadi serbuk kakao. Lalu olah lagi menjadi pasta baru dijual. Pasti harga dan keuntungan petani meningkat,” katanya.

Begitu pula manggis. Dedi menyarankan petani tidak langsung jual buah segar. “Arahkan agar manggis digrading dulu lalu buat ekstrak manggis baru dijual, sehingga petani bisa mendapatkan nilai tambah yang menguntungkan”, tutup Dedi.

Related Post

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *