UBUD – Ajang World Flower Council (WFC) Summit 2019 di Bali, benar-benar menawarkan sensasi yang memikat. Segudang agendanya diarahkan menyingkap pesona Pulau Dewata. Dari mulai destinasi, kekayaan flora hingga kulinernya. Lihat saja kunjungan para peserta ke restauran Bebek Tepi Sawah di Ubud, Sabtu (21/9). Seluruh peserta tak mampu menolak rayuan kuliner yang disajikan.
Chapter Leader World Flower Council Indonesia Maya Solichin mengatakan, datangnya delegasi 5 benua menjadi momentum yang baik mengangkat terus pesona Bali.
“WFC Summit merupakan ajang bagi para anggota World Flower Council berkumpul dan berdiskusi perihal perkembangan industri bunga dan dekorasi. Acara ini bukan hanya ditujukan bagi anggota saja, tetapi juga bagi pencinta dan pelaku industri bunga, kurator, baik aktif berperan dalam skala nasional dan internasional. Pada tahun 2019 ini, WFC Summit digelar di Bali pada tanggal 19 – 22 September 2019 dihadiri anggota dari sekitar 20 negara. Ini merupakan momentum yang baik mengangkat pesona Bali,” kata Maya, Sabtu (21/9).
Pilihan panitia membawa ke restauran Bebek Tepi Sawah ini memang tepat. Retauran ini sukses mengawini pesona alam Ubud dengan cita rasa bebek goreng yang kaya bumbu tradisional Bali tersebut.
Bebek Tepi Sawah menghadirkan menu bebek goreng yang khas dari segi racikan bumbunya. Menu yang terkenal dengan sebutan Bebek Tepi Sawah Crispy Duck tersebut amat renyah dan garing saat dikunyah. Pasalnya restauran ini hanya menggunakan bebek lokal Bali yang dikenal dengan dagingnya yang empuk serta kualitas rasanya yang kuat.
Demi menambah keunikan cita rasanya, di dalam sepaket menu Bebek Tepi Sawah Crispy Duck pun disajikan tiga jenis sambal yakni sambal matah, sambal goreng embe Bali, dan sambal ulek. Apalagi santapan bebek ini juga disandingkan dengan kenikmatan sayur kalasan kacang panjang ala Bali.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengatakan, WFC Summit menjadi branding efektif pariwisata Bali. Bukan saja keindahan alamnya tetapi juga keberagaman kulinernya. Semuanya itu semakin menambah pesona Bali sebagai penyelenggara MICE dunia.
“Sangat tepat panitia menambahkan berbagai program tambahan untuk menciptakan kesan positif pariwisata Bali. Apalagi Ubud memang menjadi destinasi kuliner berstandar UNWTO. Ini menambah promosi yang efektif bagi para peserta kegiatan betkelas internasional ini,”kata Rizki.
Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, kuliner menjadi sarana diplomasi yang baik dalam menjaring wisatawan. Karena keuntungan mempromosikan wisata kuliner atau gastronomi adalah rasa makanan tidak bisa dipresentasikan melalui visual. Itu sebabnya para wisatawan harus datang ke destinasinya untuk menikmati makanan lokal.
Pria Berdarah Banyuwangi itu juga menyebut, sektor kuliner dalam industri pariwisata menyumbang sekitar 30%-40% pendapatan pariwisata. Ekonomi kreatif berkontribusi sebesar 7,38% terhadap perekonomian nasional dengan total PDB sekitar Rp852,24 triliun, dari total kontribusi tersebut subsektor kuliner menyumbang 41,69%.
“Dan ingat, kuliner merupakan diplomasi sosial yang paling halus, cepat, dan efektif untuk mempopulerkan sesuatu ke pasar global. Sebagai contoh Amerika dengan distribusi film Hollywood dan gaya hidup masakan cepat saji dan Korea dengan drama K-Pop dan kulinernya. Tak saja mereka mampu mempopulerkan social budayanya, namun juga memberikan dampak branding positif bagi pariwisatanya. Saya yakin para peserta ini akan kembali lagi untuk berwisata di Bali di kemudian hari,” papar Menpar Arief Yahya.(****)