SURABAYA – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, berharap Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mempunyai program untuk masa tua atlet. Menurutnya, program tersebut bisa membantu kesejahteraan para mantan atlet, atau pun atlet yang sudah tidak produktif.
Harapan tersebut disampaikan LaNyalla sebagai respons atas kondisi mantan atlet dayung, Abdul Razak, yang kini menjadi nelayan sederhana di kampungnya, Wakatobi.
Abdul Razak dikenal sebagai atlet yang memiliki prestasi hingga level mancanegara. Ia pernah menyabet 4 emas di Sea Games Malaysia 1989, 3 emas Sea Games Singapura 1993, 1 perak dan 1 perunggu Asian Games Beijing 1990, serta melaju hingga perempat final Olimpiade Barcelona 1992.
“Prestasi mereka tidak boleh diabaikan karena telah mengharumkan nama bangsa. Kehidupan masa tua para atlet tersebut harus mendapatkan jaminan,” ucap LaNyalla di sela masa reses di Jawa Timur, Kamis (12/8/2021).
Selama ini Kemenpora baru mempunyai program tunjangan hari tua untuk mereka yang pernah menyumbangkan medali di Olimpiade (sejak 1988). Masing-masing tunjangan bulanan sebesar Rp 20 juta untuk peraih medali emas, Rp 15 juta (perak), dan Rp 10 juta (perunggu), berlaku seumur hidup.
“Kita berharap semoga semua atlet berprestasi, minimal Sea Games harus diberi tunjangan hari tua dengan besaran yang disesuaikan. Pemerintah bisa menggandeng BUMN dan pihak swasta dalam memfasilitasi pemberian tunjangan kepada atlet-atlet tersebut,” tutur LaNyalla.
LaNyalla menyarankan agar Kemenpora mempunyai data yang lengkap terkait atlet dan mantan atlet dari semua cabang olahraga.
Dengan database itu, Kemenpora bisa memantau keberadaan atlet-atlet usia produktif maupun yang sudah tidak produktif.
“Sepertinya Kemenpora baru fokus kepada atlet-atlet yang masih produktif. Pembinaan usia dini, sekolah khusus olahraga juga Pelatnas. Untuk para mantan atlet kurang termonitor,” ucap Mantan Ketua Umum PSSI itu.
Kepada pemerintah LaNyalla menekankan agar semua cabang olahraga mendapat perhatian penuh. Tidak hanya cabang-cabang yang digandrungi masyarakat saja, seperti bulutangkis, sepak bola dan bola voli.
“Semua cabang olahraga yang atletnya meraih prestasi puncak di event internasional harus mendapat perlakuan sama, baik dalam hal pembinaan, dan penghargaan. Ini akan memacu semangat para atlet untuk terus berprestasi,” katanya.
Di sisi lain LaNyalla mengingatkan kepada para atlet yang beruntung sudah mendapatkan penghargaan berupa uang maupun bentuk lainnya untuk memanfaatkan dengan bijak.
“Penghargaan, bonus, atau apresiasi lain yang diterima wajib diolah dengan baik. Masa emas atlet tidak panjang, makanya perlu dipikirkan investasi masa depan, untuk hari tua,” ungkapnya.(*)