BANDUNG – Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) sesuai dengan kebutuhan petani. Sebagian besar dananya disalurkan melalui sistem swakelola petani. Salah satunya dilakukan Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung.
Koordinator BPP Paseh, Kurdi mengatakan, program RJIT ini dilakukan di tiga lokasi yang ada di Kecamatan Paseh pada dua desa yaitu Desa Cijagrah Desa Loa dengan masing-masing luas layanan 45 ha. Areal ini memiliki provitas 6.2 ton/ha.
“Dengan swakelola oleh petani, jaringan irigasi tersier yang direhabilitasi umumnya akan lebih bagus dan petani merasa lebih memiliki. Kita membangun secara bertahap berdasarkan kebutuhan masyarakat petani,” ujar Kurdi.
Dijelaskannya dengan diserahkannya pengerjaan RJIT kepada kelompok tani, maka pembangunan jaringan irigasinya akan dilakukan secara gotong royong atau swakelola.
“RJIT yang dibangun di kecamatan Paseh ini sepanjang 120 meter dan ditambah swadaya masyarakat 10 meter jadi total 130 meter. Mayoritas RJIT jika dikerjakan oleh petani itu lebih kuat, lebih bagus volumenya, lebih panjang dari yang ditetapkan dan mereka merasa memiliki,” ucapnya.
Harapan ke depan, lanjutnya, program-program seperti ini dapat masuk di desa lainnya, tentunya ini untuk kesejahteraan masyarakat desa.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, program RJIT yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah sangat dirasakan oleh para petani. Efek yang langsung dirasakan petani adalah adanya penambahan indeks tanam yang tadinya hanya bisa sekali setahun, menjadi dua kali atau lebih.
“Dengan adanya program rehabilitasi jaringan irigasi, maka ada peningkatan pada indeks tanam petani. Jika sebelumnya hanya sekali setahun, menjadi dua atau tiga kali,” kata Mentan SYL.
Ditegaskan Mentan SYL, pekerjaan ini dilakukan secara swakelola agar tepat sasaran dan mampu menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi warga desa setempat.
“Ini tentunya akan menambah sumber pendapatan bagi warga petani Kabupaten Bandung khususnya. Bahkan dapat menggerakkan perekonomian desa,” tuturnya
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan, program RJIT merupakan faktor penting dalam proses usaha tani yang memiliki dampak langsung terhadap peningkatan luas areal tanam.
“Kita telah mengalokasikan kegiatan RJIT tahun 2020 sebesar 135.861 hektare melalui dana Tugas Pembantuan dan akhir april realisasi nya sudah mencapai 78,07%,” jelas Sarwo Edhy.
Dikatakannya, pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai.
“Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa bendungan, bendung, saluran primer, saluran sekunder, boks bagi, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani,” ujar Sarwo Edhy.
Program RJIT diutamakan pada lokasi yang telah dilakukan SID pada tahun sebelumnya. Diutamakan pada daerah irigasi yang saluran primer dan sekundernya dalam kondisi baik. Tujuannya untuk meningkatkan Indeks Pertanaman Padi sebesar 0,5.
Kegiatan RJIT ini diarahkan pada jaringan irigasi tersier yang mengalami kerusakan yang terhubung dengan jaringan utama (primer dan sekunder) yang kondisinya baik dan/atau sudah direhabilitasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, atau Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Urusan Pengairan sesuai kewenangannya.
“Juga untuk yang memerlukan peningkatan fungsi jaringan irigasi untuk mengembalikan atau meningkatkan fungsi dan layanan irigasi. Serta untuk jaringan irigasi desa,” pungkasnya.(“)