PEKAN BARU – Tidak pernah kendor, Menteri Pariwisata Arief Yahya terus menghidupkan destinasi dan menyemangati pelaku industri di tanah air. Pagi ini, 20 Agustus 2019, mendarat di Pekan Baru, dan rencananya bakal meninjau beberapa titik yang bakal diusulkan menjadi KEK Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Provinsi Riau. Selain mewakili Presiden Joko Widodo untuk menyaksikan event Festival Pacu Jalur 2019 di Kuansing.
Terbang dengan Batik Air pagi pukul 05.50 WIB, Menpar Arief keluar rumah dinas pukul 04.00 WIB. Mengenakan baju putih Wonderful Indonesia mempelajari karakter pariwisata yang cocok dikembangkan di provinsi yang selama ini mengandalkan minyak dan gas bumi itu.
“Saya lihat Riau sudah semakin serius untuk mengembangkan sektor pariwisatanya, karena itu kita harus temukan kekuatan atraksi yang bisa mendatangkan wisatawan mancanegara dan nusantara ke Riau,” sebut Arief Yahya yang mantan Dirut PT Telkom itu.
Dua bulan terakhir, pria asli Banyuwangi ini memang rajin keliling daerah, untuk melihat produk dan potensi pariwisatanya. Sebagai industri, produk dari pariwisata adalah destinasi, sedang customer nya adalah Originasi atau travelersnya. “Sebagai Kementerian Marketing, maka kita harus makin paham produk destinasi kita,” sebut ahli marketing yang juga doktor strategic management itu.
Pertama, customers atau para pelancong itu sudah berubah, lebih digital savvy, 70% search and share via digital, 51% inbound didominasi anak muda millennials. “Maka saya harus memastikan, apakah produk destinasi kita sudah customers oriented? Sudah bisa diandalkan untuk meng-attract wisatawan muda? Yang sudah sangat digital?” kata jebolah ITB Bandung, Surrey University UK, dan Unpad Bandung itu.
Maka, di mana-mana, Menpar Arief Yahya selalu mengingatkan agar kreativitas menyiapkan destinasi juga semakin millennials friendly. Destinasi itu domainnya Pemprov, Pemkab, Pemkot. Merekalah yang memiliki, sekaligus memiliki destinasi. “Ketika customers berubah, maka semua strategi juga ikut berubah,” cetusnya.
Tidak heran kalau Menpar yang tahun 2013 sudah dinobatkan sebagai Marketeers of The Year oleh MarkPlus itu terus keliling daerah. Dalam dua bulan terakhir, Juli Agustus 2019, bapak 4 anak ini keliling, dari Danau Toba, Labuan Bajo, Banyuwangi, Danau Toba lagi, Morotai, Manado, Tomohon, Minahasa Utara, Kalimantan Selatan dan hari ini ke Riau.
Saat media menyeletuk, “Nggak capek pak menteri?” Menpar Arief Yahya pun hanya senyum-senyum. Dia tidak menjawab dengan kata-kata yang menceritakan dirinya sendiri. Dia justru menggambarkan tokoh-tokoh legendaris dunia yang menciptakan perubahan besar dan mendasar.
Misalnya, dia menceritakan kehebatan Walt Disney dan Sun Tzu, ahli strategi perang Tiongkok. Dia juga tidak ingin disamakan dengan tokoh-tokoh dunia itu. Dia justru mengajak untuk belajar dari orang-orang top dunia dalam mengejar mimpi dan menjalankan strategi menuju ke cita-cita besarnya. “Mereka belum akan tidur nyenyak sebelum imajinasinya terwujud nyata!” kata Arief Yahya.
“Seorang pemimpin besar, sejatinya juga seorang pemimpi besar. Ketika mereka bisa membayangkannya, mereka yakini bisa mewujudkannya!” kata menteri yang ahli digital itu, lagi-lagi belajar dari Walt Disney yang mendunia dengan karya-karyanya itu.
Pun juga dalam memahami pergerakan pasar atau market. Menjadi “panglima perang” di pariwisata itu, harus memposisikan diri sedang bertempur dan bersaing dengan negara lain di regional Asia Tenggara dan Asia. Maka dia selalu mencontoh prinsip Sun Tzu, kenali dirimu, kenali musuhmu, kenali medan perangmu, maka kau akan memenangkan pertempuran.
Kaliman itu di-convert oleh Arief Yahya menjadi: “Kenali Produkmu, Kenali Customersmu, Kenali Persaingan mu, maka Kau akan Memenangkan Persaingan!” jelas dia.
Kini, kata dia, saatnya memahami produk pariwisata yang bernama destinasi itu. Berbicara soal Destinasi itu dia selalu menggunakan framework 3A, Atraksi, Akses, Amenitas. Atraksi itu sendiri memiliki 3 portofolio, yakni culture, nature, dan manmade. Akses itu adalah cara bergerak menuju ke destinasi, bisa darat, laut dan udara. Amenitas lebih ke akomodasi, hotel, resort, homestay, dan lainnya.
Mendatangi Calendar of Events (CoE) adalah salah satu cara melihat kekuatan atraksi. Melihat potensi KEK adalah pengembangan amenitas. Dan bagaimana menuju ke lokasi, berapa lama, menggunakan moda transportasi apa, itu adalah akses. “Kalau ingin menjadi global player, maka 3A nya juga harus global standart. Saya ingin memastikan semua destinasi kita layak mendunia!” ujar Arief Yahya.(***)