TASIKMALAYA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya akan kembali menggelar Memory of Galunggung (MOG). Tepatnya pada 12-13 Juli mendatang. Event tahunan ini diselenggarakan untuk mengenang peristiwa meletusnya Gunung Galunggung pada tahun 1982 silam.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani mengatakan, kemasan MOG tahun ini akan disajikan berbeda. Semua yang terlibat dalam gelaran tersebut sepakat untuk mengemasnya lebih spesial.
“Masyarakat Desa Linggajati, penggiat pariwisata, dan Kompepar Galunggung, berkolaborasi untuk membuat event tahun ini berbeda dengan sebelumnya. Bukan lagi untuk memperingati bencana, tetapi merefleksikan ajaran luhur Galunggung. Antara lain sebagai pusat keilmuan, peradaban, dan spiritual,” jelasnya, Senin (3/6).
Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung berharap seluruh masyarakat khususnya Tasikmalaya hadir pada acara tersebut. Ia mengajak masyarakat setempat menjadi saksi awal perjuangan besar, untuk mewujudkan kembali nilai ajaran luhur nenek moyang. Antara lain tentang kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
“Mari kita wujudkan kembali reaktivasi budaya yang berbudaya. Mengembalikan adat dan budaya nusantara sebagai identitas bangsa di tengah masyarakat yang pragmatis,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Pemasaran I Area Jawa Kemenpar Wawan Gunawan menuturkan, tema yang diangkat pada MOG 2019 ini yaitu ‘Gandrung Mulasara’. Acara akan diisi dengan berbagai kegiatan, seperti Galunggung Coffeecamp, Istigosah Akbar, Galunggung Ngabiseka, dan Gandrung Mulasara.
Kemudian ada Pasar Digital GenPI, Simfoni Galunggung, Padungdung di Puseur Galunggung, Permainan Tradisional, Lomba Tumpeng Hias, dan Movie Screening. Kegiatan MOG sendiri rencananya akan dipusatkan di Objek Wisata Cipanas Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat.
“MOG menjadi acara rutin tahunan yang juga didukung oleh Kementerian Pariwisata. Dari sini, diharapkan kegiatan MOG bisa berlangsung lebih meriah, dari tahun ke tahun. Kita berharap acara ini bukan sekadar seremoni, tetapi ada hal lebih besar yang bisa diambil. Misalnya pariwisata di Tasikmalaya semakin berkembang,” ungkapnya.
Dalam acara itu, penggiat pariwisata dan masyarakat akan melakukan sistem barter budaya. Masyarakat akan memberikan sumber daya yang dimiliki. Sedangkan penggiat pariwisata memberikan bangunan bale kampung. Bale ini bisa dipergunakan untuk keperluan masyarakat.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, memajukan pariwisata harus didukung dengan atraksi yang lain dari biasanya. Atraksi atau event yang disajikan harus benar-benar memukau pengunjung. Paling tidak, pengunjung harus terkesan pada gelaran tersebut, sehingga muncul dorongan untuk melihatnya kembali tahun depan.
“Agar event tidak terkesan monoton dan menjemukan, penyelenggara wajib melakukan evaluasi atas gelaran yang sudah ditampilkan. Yang kurang harus dimaksimalkan, yang sudah baik harus menjadi lebih baik. Jangan sampai prestasi menurun,” kata mantan Dirut Telkom tersebut.
Menteri Pariwisata Terbaik Asia Pasifik ini menambahkan, MOG sudah dilaksanakan sejak tahun 2010 lalu. Artinya, sudah banyak pengalaman dan tahu persis bagaimana reaksi masyarakat terhadap kegiatan ini.
“Dari kegiatan ini, kunjungan wisatawan harus dimaksimalkan. Minimal untuk wisatawan domestik. Sehingga, nantinya bisa memberi peningkatan nilai-nilai ekonomi bagi pemerintah, industri, dan masyarakat,” tandasnya.(*)