Naikan Kepercayaan Pasar, Kemenparekraf/Baparekraf Gulirkan Program CHSE di Medan

812 0

MEDAN – Menaikan tren kepercayaan pasar wisata Medan, Kemenparekraf/Baparekraf menggulirkan program CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability. Aplikasinya menyasar aspek amenitas, seperti hotel dan restoran. Program tersebut jadi garansi destinasi selalu hijau Covid-19.

 

Program CHSE resmi diterapkan pada Sabtu (22/8) di Medan, Sumatera Utara (Sumut). Launchingnya dikemas dalam Sosialisasi Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan. Lokasi eventnya di Hotel Santika Premiere Dyandra, Medan. Pesertanya berjumlah 100 orang pelaku industri hotel dan restoran se-Medan dan sekitarnya.

 

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Wakil Direktur III Politeknik Pariwisata Medan Zumri Sulthony. Ikut bergabung Ketua PHRI Sumut Deni S Wardhana, Kasi Distribusi dan Informasi Pariwisata Dinas Budpar Sumut Laila Jamilah Lubih, lalu Dosen STP Bandung Pudin Sapudin. Ada juga Sub Koordinator Direktorat Kelembagaan Kemenparekraf Herbin Saragi.

 

“Destinasi beserta para pelaku ekonomi kreatif menjadi elemen yang sangat penting bagi pariwisata. Melalui program CHSE ini, bisa dipastikan destinasi dan para pelaku industrinya sudah siap menerima wisatawan di masa transisi New Normal ini. Kami yakin kepercayaan publik sudah pulih secara umum,” ungkap Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf/Baparekraf Frans Teguh, Sabtu (22/8).

 

Penerapan CHSE di lini amenitas tentu menjadi bagian dari standard operasional prosedur yang wajib dipenuhi. Sebab, program ini menjadi representasi dari protokol kesehatan pemerintah yang dikeluarkan oleh Kemenkes. Acuannya adalah Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) 382/2020. Dikemas dalam rupa handbook, isinya berupa unsur pencegahan, penelusuran, dan penanganan Covid-19 di Parekraf.

 

“Semua regulasi CHSE bisa dipelajari melalui handbook dimaksud. Hal ini tentu sangat penting karena pelaksanaannya menyasar semuanya. Pengelola, karyawan, bahkan wisatawan menjalankan regulasi ini secara penuh. Untuk itu, kami butuhkan dukungan dan kerjasama yang kuat dari seluruh stakeholder,” tegas Frans.

 

Kemenparekraf/Baparekraf sebelumnya sudah mengeluarkan handbook yang berisi panduan umum dan khusus terkait Covid-19. Panduan umumnya meliputi, manajemen atau tata kelola hotel dan restoran. Rinciannya, memperhatikan informasi terkini, imbauan, hingga instruksi pemerintah terkait Covid-19. Ada juga standar operasional prosedur, menyediakan, dan memasang himbauan tertulis.

 

Panduan umum ini menyasar karyawan, wisatawan, serta pihak lain yang beraktivitas pada lingkungan hotel dan karyawan. Bentuk riilnya, pemakaian masker, jaga jarak, hingga mencuci tangan dengan sabun. Untuk panduan khusus berisi alur pelayanan hotel dan restoran. Rinciannya, panduan bagi pengusaha dan pengelola fasilitas pariwisata.

 

“Kepercayaan publik harus dipulihkan secepatnya. Problem Covid-19 harus diakhiri. Caranya, siapapun disiplin menjalankan protokol kesehatan. Kalau semua pulih, otomatis aktivitas bisa normal kembali dan ada value ekonomi besar yang bisa dinikmati,” papar Direktur Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Reza Fahlevy.

 

Sektor pariwisata memang memiliki peran strategis untuk terus menjadi pendorong perekonomian. Usai vakum lama, geliat perekonomian Medan terlihat kompetitif dengan parameter hotel dan restoran. Hingga Juli 2020, tingkat okupansi hotel di Medan rata-rata mencapai 20%. Pada beberapa destinasi rata-rata okupansi hotel mencapai 50% di akhir pekan, seperti Parapat, Berastagi, dan Simalungun.

 

“Potensi munculnya cluster baru Covid-19 terus diwaspadai. Apalagi, pergerakan wisatawan termasuk aktivitas ekonomi di Medan dan sekitarnya mulai menggeliat positif. Tren ini harus dijaga dengan terus menaikan kepercayaan publik. Pergerakan wisatawan akan terus naik kalau mereka merasa aman dan nyaman,” papar Sub Koordinator Direktorat Kelembagaan Kemenparekraf Herbin Saragi.

 

Sementara itu, Ketua PHRI Sumut Deni S Wardhana menjelaskan, pandemi Covid-19 sudah membuat grafik okupansi hotel terjun bebas. Namun, momentum kini dimiliki industri pariwisata Medan dengan bergulirnya masa transisi New Normal. Untuk mengembalikan dan menaikan kepercayaan publik, maka pelayanan akan berorientasi pada protokol CHSE.

 

“Covid-19 telah meluluhlantakan semuanya. Pergerakan oupansi rata-rata hanya satu digit saja. Itu saja sudah bagus, artinya ada aktivitas. Dengan digulirkannya CHSE ini, kami memiliki komitmen kuat guna mengimplementasikannya secara penuh. Kepercayaan pasar harus dibangun dan dipulihkan. Semakin cepat tentu lebih baik agar aktivitas ekonomi segera normal,” tutupnya.(*)

Related Post

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *