BONE BOLANGO – Produktivitas pertanian di Kabupaten Bone Bolango melonjak drastis berkat sentuhan program Rural Empowerment and Agriculture Scaling-up Initiative (READSI) yang digagas Kementerian Pertanian (Kementan).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menerangkan, saat ini sektor pertanian tengah memasuki era 4.0 yang ditandai dengan penggunaan inovasi teknologi dan mekanisasi. Pertanian Indonesia menurut Mentan kini terus bergerak ke arah yang maju, mandiri dan modern.
“Pertanian yang modern itu berarti di dalamnya kita bicara SDM. Bagaimana mau cepat kalau masih pakai kendaraan kemarin. Bagaimana mau maju kalau ilmunya, teknologinya, mekanisasinya masih seperti yang kemarin,” kata Mentan Syahrul.
Hal senada diungkapkan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi.
Dikatakannya, saat ini pertanian telah menjelma menjadi penopang utama bagi hadirnya solusi bangsa dan negara.
Menurut Dedi, membangun sektor pertanian yang maju, mandiri dan modern mensyaratkan adanya proses pembelajaran yang tak pernah berhenti. Dua hal penting menurutnya adalah proses learning melalui sekolah dan unlearning melalui percontohan.
“Bagaimana caranya produktivitas meningkat, sistem pengolahannya maju. Pertanian harus maju, mandiri, modern menggunakan riset, sains dan teknologi. Dalam program READSI ini hal tersebut diajarkan kepada petani dan penyuluh,” ujar Dedi.
Di sisi lain, Dedi menilai kemajuan sektor pertanian ditentukan dari SDM yang mumpuni. Dari pengamatannya di beberapa negara, faktor penting kemajuan sektor pertanian dan pengungkit produktivitas adalah SDM pertanian. Bahkan, kata Dedi, jika berkaca kepada Jepang usai kalah pada Perang Dunia II, sektor pertanian yang diutamakan untuk dibangun kembali melalui para guru-guru yang masih tersisa.
“Betapa pentingnya sektor pertanian ini untuk kehidupan dan kemajuan sebuah bangsa. Agar kita bisa mengelola sektor pertanian sebagaimana tujuan pembangunan pertanian nasional kita, maka tiada lain SDM pertanian lah yang harus dibenahi. SDM pertanian lah yang pertama dan paling utama,” tutur Dedi.
Ya, program READSI Kementan berhasil membangun sektor pertanian di wilayah penerima manfaat, salah satunya di Kabupaten Bone Bolango. Hal itu diakui Wakil Bupati Bone Bolango, Merlan S Uloli saat menerima tim dari Kementan, READSI dan International Fund for Agriculture Development (IFAD) di rumah dinasnya, Rabu (22/9/2021).
Menurut Merlan, di wilayah yang dipimpinnya terdapat 126 kelompok tani (poktan) yang menerima manfaat program READSI Kementan. “Ada kenaikan signifikan, dalam hal produktivitas budidaya pertanian mereka. Ini yang memang kami harapkan selama ini, bagaimana potensi yang dimiliki petani itu dapat dimaksimalkan,” tutur Merlan pada acara perjamuan makan malam.
Ia berharap Kementan terus melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani. Dengan begitu, ia optimistis sektor pertanian di Bone Bolango akan berkembang semakin baik ke depannya. “Kami berharap pendampingan kepada petani kami terus dilakukan, sehingga produktivitas pertanian kami juga semakin baik ke depannya,” tutur Merlan.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bone Bolango, Roswaty Agus menambahkan, dari segi produksi yang ditanam oleh petani, begitu juga dengan pola budidaya telah mengalami perubahan yang cukup pesat. Dalam hal budidaya misalnya, Roswaty menilai petani telah tersentuh teknologi yang diajarkan melalui sekolah lapang program READSI Kementan.
“Dari yang awalnya petani di sini menggunakan pola tradisional sesuai kebiasaan turun temurun, dengan program ini ada perbaikan, mulai dari pengolahan sampai panen,” ujar dia.
Diakuinya, serapan anggaran yang masih rendah terhadap program READSI Kementan oleh karena imbas pandemi Covid-19. “Namun, satu-satunya anggaran yang tidak terdampak refosucing adalah program READSI Kementan ini. Dan kami pun tetap mendukung program ini dijalankan,” ujar dia.
Direktur Program International Fund for Agriculture Development (IFAD) untuk Kawasan Asia Pasifik, Ivan Cossio menjelaskan, kehadirannya ke Kabupaten Bone Bolango untuk melihat lebih dekat implementasi program READSI Kementan di lapangan. Ivan juga mengaku ingin melihat lebih dekat bagaimana keterlibatan dan dukungan pemerintah daerah terhadap implementasi program ini.
“Kami ingin melihat lebih dekat bagaimana implementasi program ini di kalangan petani. Kami juga ingin melihat bagaimana keterlibatan pemda terhadap program ini,” tutur dia.
Manager Project READSI Kementan, Bayu Rahmawan menjelaskan, untuk anggaran program READSI Kementan di Kabupaten Bone Bolango, sejak 2019 hingga 2023 dianggarkan sebesar Rp20,9 miliar. “Dana itu merupakan dana hibah selama 5 tahun. Jadi, program ini akan selesai pada tahun 2023. Tahun ini masa pertengahan program dan evaluasi. Ini adalah program pemberdayaan yang lengkap,” kata Bayu.
Pada tahun pertama, program diarahkan untuk sekolah lapang. Tahun kedua realiasi bantuan saprodi dan tahun ini pembangunan sarana infrastruktur pertanian pendukung budidaya pertanian petani.
Hanya saja, kata Bayu, hampir tiga tahun berjalan dari sisi realisasasi serapan anggaran masih terbilang rendah. “Sisa dananya masih banyak. Ini yang kami ingin dorong agar ada percepatan realisasi penyerapan program. Sejak 2019 sampai hari ini banyak perkembangan di lapangan. Proses pembelajaran sudah banyak didapatkan petani. Sayang kalau tidak dimaksimalkan,” kata Bayu.