JEMBRANA – Program Bali Recovery 2019 terus mengalami penguatan. Jaring wisatawan kini ditebar melalui Festival Gilimanuk 2019, 22-24 November. Venuenya ada di DTW Teluk Gilimanuk, Jembrana, Bali. Festival ini menawarkan beragam warna eksotis budaya khas Pulau Dewata. Tema besarnya adalah ‘Light Up the Bay’.
“Kami memberikan apresiasi kepada Kemenparekraf yang terus mendukung Jembrana dan Bali. Sebab, program Bali Recovery ini sangat penting untuk terus menaikan pergerakan wisatawan. Kami optimistis, destinasi Jembrana dengan segala potensinya kini makin dikenal oleh publik,” ungkap Bupati Jembrana I Putu Artha.
Festival Gilimanuk 2019 resmi digulirkan Jumat (22/11). Ritualnya ditegaskan penandatanganan kanvas oleh Bupati Jembrana. Hadir juga Koordinator CoE Bidang Bali Kemenparekraf Putu Ngurah. Ada juga FKPD dan SKPD Jembrana. Dikemas menarik, hari pertama event langsung dipadati ribuan wisatawan. Apalagi, Lomba Lukis dan Penampilan Lukis oleh Komunitas Seni sudah disajikan sedari pagi.
“Jembrana tetap fokus membangun industri pariwisatanya. Sebab, sektor unggulan ini sudah terbukti efektif untuk menggerakan perekonomian. Impact positifnya sangat luar biasa. Hampir semua lini bisnis bisa menikmati value aktivitas pariwisata,” papar Putu Artha.
Memberikan experience terbaik melalui opening ceremony, Tari Penyambutan Cempaka Putih disajikan. Tarian tersebut disajikan Sanggar Kumara Widya Suara. Tarian ini menggambarkan keindahan Bunga Cempaka Putih. Bunga tersebut jadi reprsentasi dari kesucian, kelembutan, dan keharuman. Gerakan tarinya sangat indah.
“Program Bali Recovery sangatlah vital. Muaranya pergerakan besar wisatawan. Dan, Jembrana menjadi destinasi unik dan menarik. Koneksinya langsung dengan Jawa Timur. Kehadiran Festival Gilimanuk 2019 akan memberi efek luar biasa. Apalagi, warna budaya Jembrana sangat eksotis,” terang Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenparekraf Muh. Ricky Fauziyani.
Nuansa khas budaya Pulau Dewata semakin kental dengan kehadiran Tari Makepung. Tarian tersebut jadi gambaran balapan kerbau yang juga diminati masyarakat. Dengan karakternya, Tari Makepung pun menonjolkan unsur kegembiraan para petani yang mengangkut hasil panennya. Berikutnya, ada Tari Galang Bulan dengan iringan gamelan Jegog.
Tari Galang Bulan menjadi gambaran keceriaan kaum remaja Bali saat bulan purnama. Mereka mengisi malam dengan kegembiraan bersama kerabat lain. Gamelan Jegog juga mengiringi Tari Semara Ratih. Disajikan oleh Sanggar Seni Sukarya, Tari Semara Ratih menjadi kisah percintaan kaum muda Bali. Mereka saling mengasihi satu sama lainnya.
“Budaya Bali memang adiluhung. Tariannya sarat makna dan nilai. Gerakan dan alur tariannya menjadi gambaran kehidupan masyarakat Bali pada umumnya. Lebih unik, Bali juga memiliki koleksi alat musik dengan alunan nadanya yang indah. Jegog ini menjadi kekayaan musik Bali yang luar biasa,” jelas Ricky.
Selain tarian, Bali identik dengan musiknya yang khas. Kehadiran Jegog pun menjadi penegas kekayaan Jembrana. Sebab, tradisi Jegog berpusat di Jembrana. Opening ceremony Festival Gilimanuk 2019 makin berwarna dengan sajian Lawak Rare Kual, Pengkola Band, hingga show Jun Bintang. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani mengatakan, Jembrana semakin eksotis.
“Jembrana semakin eksotis dengan bergulirnya Festival Gilimanuk 2019. Bragam konten budaya yang disajikan bersatu dengan alam Gilimanuk yang indah. Jembrana menjadi pilihan menarik untuk berlibur di pekan ini. Silahkan datang dan berkunjung ke Jembrana,” papar Rizki.
Jembrana dengan Teluk Gilimanuk menawarkan eragam sisi eksotis. Sebut saja marine tourism, eco tourism adventure, religi & culinary, juga event. Digelar 3 hari, Festival Gilimanuk 2019 menampilkan Senam Sumba, Lomba Sampan Layar, dan Kesenian Pengiring di Minggu (24/11). Ada juga hiburan ala Mang Ayu dan Ivan Castawa hingga penyerahan hadiah berbagai lomba.(*)