SUMBAWA – Festival Pesona Moyo 2019 benar-benar mengangkat kekayaan lokal Sumbawa. Salah satunya kain tenun Sumbawa. Kain khas ini menjadi pakaian wajib peserta Pemilihan Puteri Intan Bulaeng 2019 sejak babak 6 besar. Tidak main-main, busana tenun Sumbawa yang dipakai adalah rancangan desainer kondang Samuel Wattimena. Linda Yuliana akhirnya tampil sebagai juara Puteri Intan Bulaeng 2019.
“Tenun Sumbawa adalah kekayaan tak ternilai. Tenun bagian tradisi dan budaya para leluhur. Sebagai kaum milenial, kami tentu harus melestarian tenun Sumbawa. Anak muda harus mengenakan pakaian tenun Sumbawa ini. Kami juga harus membranding tenun Sumbawa agar semakin mendunia. Event seperti ini potensial sekali untuk branding,” tutur Linda Yuliana.
Selain Linda, runner up 1 event ini diraih Ni Kadek Selvia Satra Dewi. Posisi runner up 2 jadi milik Ratu Balqis Islamy Tamal. Untuk Putri Favorit diraih Dewi Sartika Putri dengan 3.514 like Instagram @discoversumbawa.
Sedangkan Predikat Putri Intelegensia dikunci Gita Jiwa Sekarnusa Ganies. Lalu, Aisyah Rohima mendapatkan gelar Putri Berbakat.
“Anak muda Sumbawa sekarang lebih mencintai kekayaan tenunnya. Kami semua di sini senang karena bisa ikut memperkenalkan tenun Sumba melalui panggung ini. Di tangan kaum muda, tenun Sumbawa akan terus berkembang baik warna maupun coraknya,” ujar Linda.
Kain tenun Sumbawa dikembangkan dengan teknik Palekat dan Songket. Bahan dasarnya katun hingga sutera, lalu benang yang digunakan perak dan emas. Ada beragam motif yang dihasilkan seperti, Kre Alang. Motif ini biasanya tersusun atas 4 hingga 5 motif dalam setiap lembarnya. Bentuknya berupa Belah Ketupat, Sulur Daun/Bunga, juga Garis Simetris.
Sedangkan motifnya dikembangkan dari Kemang Setange, Lonto Engal, Pusuk Rebong, Gelampok, Pio, Ular Naga, juga Slimpat. Sedikit gambaran, Lonto Engal ini identik dengan tanaman merambat dengan buah terpendam di tanah. Pesannya, gambaran karakter pekerja keras. Menghindari sanjungan dan aksi formalitas. Intinya, karakter Lonto Engal lebih suka bekerja daripada berbicara.
“Tenun Sumbawa memang harus dimaknai. Potensinya sangat luar biasa. Kualitasnya bisa dinaikan lagi melalui warna. Dalam fashion, warna menjadi komponen utama. Untuk itu, inovasi dan komposisi dari warna harus dieksplorasi. Tidak stag di komposisi itu saja. Pengembangannya juga diperluas terutama produknya,” terang Desainer Samuel Wattimena.
Selama ini, tenun Sumbawa identik dengan sarung atau kain bawah. Masyarakat di sana menyebutnya sebagai Sarung Tenun Kresesek. Dibuat secara tradisional, Sarung Kresesek ini dihasilkan Desa Moyo, Lengas, dan Poto. Alat tenunnya terdiri dari Tolang Guren, Golang Kecil, Belida, dan Sisir. Bahan bakunya adalah benang biasa dan benang kembaya (khusus untuk pembentukan motif).
“Tenun Sumbawa akan terus lestari. Sebab, generasi milenialnya memiliki perhatian lebih. Kami yakin, tenun Sumbawa akan terus berkembang dan bisa bersaing dengan karya serupa dari daerah lain. Sebab, Indonesia ini surganya tenun. Hampir tiap daerah memiliki tradisi tenun dengan motif khasnya,” jelas Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.
Ada banyak daerah di Indonesia yang menghasilkan tenun-tenun indah dengan karakter kuat. Daerah itu diantaranya, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hampir tiap suku di NTT memiliki tenunannya sendiri. Dilakukan secara tradisional, namun komposisi warnanya justru menaikan value tenun. Kain tersebut juga dihasilkan Donggala, Sulawesi Tengah.
Tenun juga dihasilkan 3 wilayah di Kalimantan. Ada Kalimantan Barat dengan motif Pucuk Rebung yang dihiasi benang emas. Untuk Kalimantan Selatan identik dengan tenun Pegatan, lalu Kalimantan Timur terkenal dengan tenun Doyo. Daerah lain penghasil tenun adalah Bali, Yogyakarta, Jepara, Riau, Lampung, Jambi, dan Palembang. Motif tenun indah juga ditawarkan Batak dan Minangkabau.
“Dengan komitmen kuat, kaum milenial Sumbawa harus diberi ruang eksplorasi besar untuk tenun. Mereka harus diberi kebebasan untuk berkreasi. Kami yakin, tenun Sumbawa bisa dikonservasi sesuai sejarahnya. Lebih penting lagi, tenun Sumbawa juga berkembang mengikuti pasar,” tegas Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menpar Terbaik ASEAN ini menyatakan, tenun Sumbawa menguatkan daya tarik wisata.
“Tenun Sumbawa sangat khas dan memiliki potensi besar untuk berkembang. Keindahannya tentu jadi daya tarik bagi wisatawan. Artinya, ada banyak peluang dan value ekonomi bila tenun Sumbawa terus dilestarikan,” tutupnya.(*)