PANDEGLANG – Pesta Rakyat Cibaliung (PRC) 2019 selesai digelar. Ada banyak keseruan yang sudah ditampilkan selama sebulan penyelenggaraan. Tak hanya sebatas hiburan, pengunjung pun bisa membawa pulang beragam suvenir dan produk kerajinan khas daerah setempat.
Salah satu pendiri dan penggagas Pandeglang Art Creative, Hatta Suhata mengatakan, pada gelaran PRC 2019 kemarin pihaknya menampilkan aneka produk berbahan batok kelapa, bambu, dan kayu.
“Ada 3 kreasi produk dari bahan yang berbeda. Seperti cangkir, teko, dan peralatan rumah tangga yang terbuat dari batok kelapa. Selain itu, ada patung ikon Pandeglang yaitu miniatur badak yang berbahan dasar kayu. Ada juga kerajinan bambu betung, yaitu Bengeut Awi Bitung, dan Tas Kanderon yang terbuat dari bahan pandan,” ujarnya, Minggu (18/8).
Pandeglang Art Creative sendiri adalah wadah atau kumpulan para seniman lokal yang berasal dari Cibitung, Sumur, Banjar, dan sekitar Cibaliung. Komunitas ini berdiri sejak tahun 2017, dengan tujuan awal untuk mempersatukan dan menjalin silaturahmi para seniman di Pandeglang.
“Minat pengunjung pada kerajinan ini sangat luar biasa. Terutama produk yang berbahan dasar bambu, seperti cangkir, teko, dan gantungan kunci dari batok kelapa. Selain terlihat unik, dan harganyapun sangat terjangkau,” jelasnya.
Diakui Hatta, PRC memberi manfaat besar bagi perekonomian warga. Salah satunya bagi Pandeglang Art Creative karena menjadi tempat promosi hasil produksinya. Setelah event PRC selesai, masyarakat masih bisa mendapatkan aneka produk tersebut langsung ke Kandang Batok, di Kampung Mekarsari, Desa Cikadu, Kecamatan Cibitung.
Kepala Dinas Pariwisata Pandeglang Asmani Raneyanti menyatakan, PRC sudah menjadi event tahunan yang akan terus digelar di tahun-tahun mendatang. Artinya, ini menjadi peluang pasti yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM untuk memasarkan hasil produksinya.
“Kesuksesan PRC tahun ini tetap menjadi bahan evaluasi kami. Yang kurang akan kita perbaiki, dan yang sudah baik akan kita tingkatkan lagi. Harapannya, PRC tahun depan lebih semarak lagi,” ungkapnya.
Untuk PRC 2019, kegiatan ini sudah berlangsung selama sebulan penuh. Yaitu dari tanggal 17 Juli hingga 17 Agustus. Beragam kegiatan pun disajikan. Mulai dari pertunjukan wayang golek, pertandingan sepakbola dan bola voli, Festival Qasidah, Festival Band, Tabligh Akbar, hingga Festival Kolecer. Ada pula pentas seni tradisional, lomba karaoke, dan lain-lain.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menyatakan, pihaknya sangat mensupport segala event yang dilakukan pemerintah daerah. Terlebih, event tersebut memang digelar dengan tujuan meningkatkan sektor pariwisata.
“Intinya, bagaimana menghadirkan masyarakat ataupun wisatawan sebanyak mungkin pada event tersebut. Sehingga, aktivitas yang digelar, secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” terangnya.
Selain untuk melestarikan budaya, PRC sendiri diharapkan dapat meningkatkan UMKM. Rizki pun berharap PRC dapat merangsang kreativitas masyarakat, sehingga terpacu dalam membuat karya seni. Misalnya membuat souvenir, kuliner, dan lain-lain.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, esensi penyelenggaraan pesta rakyat atau sebuah event bukan semata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Ada dampak positif lain yang diharapkan mampu dirasakan warga setempat. Yaitu hidupnya perekonomian di wilayah sekitar.
“Dengan adanya event ini, bisa dipastikan banyak pedagang yang ambil bagian untuk mencari keuntungan. Dari kerajinan, kuliner, hingga kebutuhan lain. Wisatawan datang menonton dan belanja. Artinya, ada perputaran ekonomi secara langsung di sini,” tandasnya. (*)