JAKARTA – Inovasi dalam teknologi dan mekanisasi pertanian terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan alasan ini, petani di Kepenghuluan Pematang Sikek, Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, menerapkan pertanian berbasis teknologi. Pemanfaatkan teknologi ini banyak dilakukan petani milenial.
Petani Pematang Sikek melakukan pengolahan lahan dengan menggunakan hand tractor, penanaman padi menggunakan rice transplanter, perawatan dengan menggunakan mesin semprot, panen dengan menggunakan combine harvester, serta pasca panen sistem vertical dryer.
Apresiasi disampaikan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL). Menurutnya, masa depan pertanian Indonesia ada di pundak generasi milenial.
“Generasi milenial akan menjadi penentu kemajuan pertanian nasional. Masa depan pertanian ada di pundak mereka. Sebab milenial mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang akan bermanfaat bagi kelangsungan pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi, dunia dalam genggaman anak-anak muda,” katanya, Selasa (21/07/2020).
Apresiasi juga disampaikan Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Sarwo Edhy. Menurutnya, generasi milenia adalah sosok yang tepat untuk memaksimalkan inovasi teknologi dan mekanisasi pertanian.
“Generasi milenial bidang pertanian saat ini tak hanya sekedar bertani, tetapi juga cerdas berwirausahatani dengan memanfaatkan teknologi. KIta berharap alsintan yang ada bisa dimanfaatkan generasi milenial untuk meningkatkan produktivitas pertanian Tanah Air,” tuturnya.
Di Kepenghuluan Pematang Sikek, budidaya tanaman padi sawah merupakan sektor unggulan petani. Untuk meningkatkan produksi panen, para petani di Pematang Sikek memaksimalkan teknologi kekinian salah satunya penggunaan sarana alsintan rice transplanter atau mesin tanam padi.
“Di era Pertanian 4.0, petani harus mampu menerapkan pertanian yang modern dan tangguh serta berdaya saing. Dan petani di Pematang Sikek sudah mengarah ke arah itu, ujar Sarwo Edhy.
Salah seorang petani muda di Pematang Sikek, Sukarman, mengaku sudah menggunakan rice transplanter untuk menanam padi. Sukarman mengaku banyak manfaat yang dirasakan, diantaranya biaya tanam sangat murah bisa mencapai 2-3 kali lipat lebih murah bila dibandingkan dengan sistem tanam padi secara manual.
Selain itu, waktu tanam yang sangat cepat. Untuk menanam di lahan seluas 1 hektare, hanya dibutuhkan waktu 10 – 12 jam.
Rice transplanter pun mampu menghasilkan produksi mencapai 9,3 ton per hektar. Hasil produksi tersebut dibuktikan Sukarman dengan cara mengedepankan teknologi dalam proses produksi yang digelutinya.(*)