Banyuwangi – Pelan tapi pasti, Banyuwangi akhirnya menjelma menjadi idola pariwisata. Hal ini tak lepas dari peran Kemenpar yang ikut andil dalam pengembangan wisata di daerah setempat. Salah satunya dengan menggelar Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan Goes to Campus (GTC) di Politeknik Negeri Banyuwangi, Rabu (3/7).
Direktur Politeknik Negeri Banyuwangi Son Kuswandi mengatakan, andil Kemenpar untuk kemajuan pariwisata Banyuwangi memang luar biasa. Daerah ini menjadi salah satu prioritas yang dikembangkan sebagai tujuan wisata. Selain memiliki beragam destinasi menarik, Banyuwangi juga menyimpan kekayaan budaya yang bisa dikemas dalam agenda festival.
“Di sektor pariwisata, Banyuwangi sudah memiliki segalanya. Tiga unsur utama pariwisata yakni 3A juga terpenuhi dengan baik. Banyuwangi punya banyak atraksi. Bukan hanya destinasi, tetapi juga event-event yang spektakuler,” ujarnya.
Terkait amenitas, banyak hotel-hotel di Banyuwangi yang siap menampung wisatawan. Begitupun aksesibilitas, sangat memadai sehingga perjalanan menuju Banyuwangi bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Bandara Banyuwangi bahkan sudah terhubung dengan rute internasional, yang memungkinkan jumlah kunjungan wisatawan asing kian terdongkrak.
“Di sisi lain, kami sadar bahwa peranan SDM pariwisata sangat dibutuhkan. Karenanya, kami terus berbedah di segala bidang. Kini performa Poltikenik Negeri Banyuwangi jauh berbeda. Kami sudah bisa bersaing dengan SDM di luar negeri. Kami bangga Kemenpar hadir di tengah-tengah kami, ini memicu kami untuk menciptakan SDM yang andal,” ungkapnya.
Son Kuswandi sangat mengapresiasi para milennial yang memilih melanjutkan pendidikan di jurusan pariwisata. Terlebih, saat ini pariwisata menjadi corebisnis di Indonesia. Bahkan menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar untuk negara.
Deputi Bidang Industri dan Kelembagaan Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani menyatakan, pesona alam Banyuwangi semakin memikat banyak wisatawan. Jumlah kunjungan turis pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyuwangi memang memiliki segudang potensi. Antara lain Pantai Plengkung, Kawah Ijen, The Seven Giant Waves Wonder, Pantai Pulau Merah, Pantai Watu Dodol, Teluk Hijau, hingga Pantai Rajegwesi.
“Selain pesona alam, Banyuwangi juga memiliki sejumlah festival budaya. Sejak tahun 2014, Banyuwangi bahkan sudah mencatat prestasi Triple Growth. Ini jelas sebuah hal yang membanggakan dan wajib untuk terus ditingkatkan,” jelasnya.
Asisten Deputi Pengembangan SDM Pariwisata dan Hubungan Antarlembaga Kemenpar Wisnu Bawa Tarunajaya menambahkan, dulu Banyuwangi hanyalah daerah yang kotor dan tidak aman. Namun, semua berubah total setelah Banyuwangi mengalami transformasi sebagai daerah pariwisata. Sekarang, tempatnya menjadi bersih. Ribuan orang datang setiap minggu untuk menikmati destinasi-destinasi yang tersedia.
“Beragam penyelenggaraaan festival juga menjadi motor pendorong pariwisata di Banyuwangi. Hasilnya, Banyuwangi pernah mendapat penghargaan dari UNWTO sebagai wakil Indonesia, untuk negara paling inovatif dalam menyelenggarakan festival di dunia. Ini luar biasa,” bebernya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Indonesia berada pada sebuah revolusi sosial yang secara fundamental mengubah cara hidup. Revolusi industri 4.0 membawa banyak perubahan dengan segala konsekuensinya. Banyuwangi sendiri sudah pada track yang benar karena menempatkan pariwisata sebagai leading sector pembangunan daerah.
“Banyuwangi cukup dikenal sebagi destinasi pariwisata yang ikonik. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga mancanegara. Banyuwangi sudah diakui menjadi destinasi tujuan wisata kelas dunia. Global standar ini penting, untuk mendorong kita terus berbenah,” tandasnya. (*)