MOSKOW – Berbagai promosi pariwisata yang dilakukan Kemenpar di luar negeri, menuai banyak pujian dari berbagai pihak. Ini karena strategi marketing yang dijalankan sukses menuai hasil yang positif. Koordinasi Kemenpar dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Rusia juga berjalan dengan baik.
Promosi Kemenpar yang terbaru adalah berkolaborasi dengan KBRI di ajang Forum Bisnis Indonesia-Rusia yang berlangsung di Moskow, Kamis (1/8).
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku sangat bangga dengan promosi Kemenpar di luar negri saat ini. Menurutnya, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Menpar Arief Yahya, pariwisata menempati posisi yang sangat strategis.
“Saya bangga saat di Rusia sudah banyak yang mengenal Indonesia. Kemenpar dan KBRI sangat cerdas dalam melakukan strategi promosi. Saya yakin Festival Wonderful Indonesia yang berlangsung pada 2-4 Agustus 2019 bakal menuai sukses yang hebat dan bisa membawa dampak positif bagi Indonesia,” ujar Ganjar yang hadir di acara yang digelar di Hotel Ritz Carlton Moskow.
Hal senada diungkapkan Dubes RI untuk Rusia, Mohammad Wahid Supriyadi. Dikatakan, saat ini Kemenpar selalu hadir dalam memberikan dukungan, baik dalam bentuk pameran, sales mission, maupun famtrip. Semua berkoordinasi baik dengan KBRI. Bahkan, Kemenpar dan KBRI terus berusaha melobi maskapai agar bisa melakukan penerbangan langsung dari Rusia ke Jakarta.
“Hasilnya sudah bisa dilihat, wisatawan Rusia mengalami peningkatan paling tinggi dari negara Eropa lainnya. Kami baru mendapatkan kabar bahwa peningkatannya 15,5 persen untuk periode Januari-Juni 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu. Ini luar biasa banget. Jadi, pasar Rusia saat ini sudah sangat potensial bagi pariwisata. Kami KBRI selalu intens berkoordinasi dengan Kemenpar untuk terus meningkatkan kunjungan wisatawan. Lobi-lobi terus kami lakukan bersama Kemenpar terutama kepada maskapai,” kata Dubes.
Dalam acara Bisnis Forum Indonesia dan Rusia, Kemenpar memang sukses unjuk gigi dan menebarkan pesonanya dengan ciamik. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar Nia Niscaya mampu mencuri perhatian sebagai pembicara di depan podium.
Nia bahkan membuat peserta terdiam dan terpukau dengan data yang dibeberkan. Tidak jarang, Nia mampu mengeluarkan canda-canda segar yang membuat sekitar 700 orang yang hadir di acara tersebut tertawa lepas. Nia mampu menguasai panggung dengan baik tanpa naskah pidato.
Dalam paparan Nia, Kemenpar bikin audience terpukau lagi. Nia mengatakan pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia menjadi yang tercepat dengan peringkat kesembilan di dunia, nomor tiga di Asia, dan salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara, bersaing dengan Vietnam. Penerimaan devisa dari sektor pariwisata juga terus meningkat sejak 2015.
Capaian di sektor pariwisata itu juga dicatat oleh perusahaan media di Inggris, The Telegraph. Telegraph mencatat Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat.
Datanya riil. Tidak mengada-ada. Telegraph memang pernah menyebut pertumbuhan pariwisata Indonesia empat kali lebih tinggi dibanding pertumbuhan regional dan global.
Kunjungan Wisman ke Indonesia tumbuh 22% di tahun 2017. Angka tersebut berarti 3 kali lipat dibanding rata-rata pertumbuhan regional Asia Tenggara sebesar 7%. Bahkan pertumbuhan dunia saja hanya mencapai 6%. Sementara tahun 2018, naik sebesar 12%. Bukan itu saja, Indeks daya saing Pariwisata Indonesia pun ikut didongkrak. Dari peringkat 70 dunia di tahun 2013, meroket ke posisi 42 besar di 2017.
Tidak hanya itu, pariwisata Indonesia juga memperoleh berbagai prestasi dunia. Tahun 2016, Kemenpar memperoleh 46 penghargaan dunia. Di tahun 2017, Kemenpar memperoleh 27 penghargaan dunia. Sedangkan di tahun 2018 memperoleh 66 penghargaan.
“Bukan hanya penghasil devisa terbesar, tetapi juga menjadi yang terbaik. Pariwisata Indonesia sudah diakui dunia. Salah satu buktinya, Kemenpar terpilih sebagai The Best Ministry Of Tourism atau Best National Tourism Organization (NTO) se-Asia Pasifik di ajang TTG Travel Awards 2018,” ujar Menteri asal Banyuwangi itu.
Grafiknya terus naik. Angkanya selalu positif. Karenanya, di 2019, pariwisata diproyeksikan menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan devisa Indonesia. Angkanya dapat meningkat hingga US $ 20 miliar. Jumlah ini melebihi migas, batu bara, dan minyak kelapa sawit.
Kata Nia, mudah-mudahan forum ini dapat memberi wawasan yang bermanfaat. Wawasan yang dibalut dengan kesuksesan. Dan menghasilkan hasil substansial. Juga keuntungan nyata yang pada akhirnya akan bermanfaat bagi pariwisata Indonesia.
“Makanya, jika saat ini ada penerbangan charter seminggu dua kali, tidak salah dong kami meminta sehari tiga kali,” kata Nia yang kembali disambut tawa dan tepuk tangan meriah. “Silahkan datang ke Indonesia. Nikmati kekayaan budaya kami, nikmati keindahan kami, nikmati alam kami dan nikmati keramahtamahan kami,” kata wanita kelahiran Malang itu.
Lebih jauh Nia menegaskan, Indonesia mungkin negara paling beragam di dunia. Terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya. Serta dikaruniai kekayaan alam. Namun, sesungguhnya kekayaan Indonesia terdapat di manusianya, tradisinya, dan budayanya.
Terlepas dari berbagai perbedaan dalam kehidupan, orang Indonesia memegang teguh budaya saling mencintai dan menghargai. Di samping tentunya diberi berkah dalam bentuk keindaham hutan, sungai, gunung, laut, langit yang cerah dan pantai yang putih.
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan apresiasi tinggi terhadap capaian tersebut.
Kata Menpar, hasil yang luar biasa, hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa. Cara yang luar biasa itulah yang dimaksud: Go Digital. Itulah cara pandang Arief Yahya sejak dilantik menjadi Menteri Pariwisata Oktober 2014 lalu. Dan secara konsisten di dijalankan di berbagai level hingga saat ini. “Dulu saya ditentang habis, bahkan industri yang bergerak di sektor pariwisata pun mencibir soal implementasi digital itu,” sebut Menpar Arief Yahya di Jakarta.
Tetapi dia berkeyakinan penuh, bahwa hanya 2 cara untuk membuat lompatan besar di Pariwisata. Pertama, deregulasi, dan itu sudah terbukti dengan VISA free, pencabutan Cabotage untuk cruise atau kapal pesiar, dan CAIT untuk yachts atau perahu pesiar.
Kedua, gunakan teknologi, dalam hal ini digital. Tanpa go digital, dia tidak bisa membayangkan harus menggunakan strategi apa lagi? Target double, dari 9,3 juta dalam waktu 5 tahun itu tidak mudah. “Maka sejak 2015, semua lini dikontrol dan dikendalikan dengan teknologi digital. Dan hasilnya, kita bisa melakukan banyak lompatan,” ungkap Menpar Arief Yahya.(*)