DANAU TOBA – Ide kreatif dalam mempromosikan pariwisata, adat dan budaya datang dari seorang anak muda bernama Marco Manurung. Agar pariwisata Danau Toba serta adat istiadat dan budaya yang mendukungnya semakin dikenal masyarakat, Marco menggelar ekspedisi solo menggunakan sampan keliling Danau Toba. Event itu diberi tema “Ekspedisi Solo Sulu Tao Toba Nauli 2021.” Event ini sendiri medapat dukungan penuh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf)
Direktur Wisata Minat Khusus Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf/Baparekraf, Alexander Reyaan mengatakan, “Ekspedisi Solo Sulu Tao Toba Nauli 2021” adalah upaya yang patut didukung untuk memberikan dampak positif bagi promosi wisata minat khusus dan pengembangan nilai-nilai lokal. “Event ini adalah upaya mempromosikan wisata minat khusus yang patut kita dukung. Kolaborasinya cukup apik. Tak hanya pariwisata, tapi juga mendukung penuh nilai-nilai dan kearifan lokal yang ada di dalamnya,” papar pria yang karib disapa Alex itu.
Danau Toba, Alex melanjutkan, merupakan kawasan wisata yang memiliki keunikan cukup lengkap. Eksplorasi kayak sebagai wisata minat khusus menambah khasanah atraksi wisata di Danau Toba. “Danau Toba ini memiliki banyak kekayaan. Ada banyak atraksi di Danau Toba ini. Mulai dari budaya, alam, wisata adventure hingga wisata minat khusus. Kita berharap event ini semakin menggeliatkan kembali promosi pariwisata Danau Toba di era pandemi ini,” tutur Alex.
Kepada awak media, Marco mengisahkan misinya melalui kegiatan tersebut. Sebagai putra daerah, Marco ingin berkontribusi dengan potensi yang dimilikinya untuk mempromosikan pariwisata Danau Toba, khususnya Solu sebagai wahana wisata air tradisional di Danau Toba.
“Melalui kegiatan ini saya berupaya mempromosikan Solu sebagai wahana wisata air tradisional Danau Toba dan juga sebagai upaya pendataan potensi wisata di Danau Toba. Saya juga ingin mengampanyekan kelestarian lingkungan, membuat rute wisata petualangan solo kayak atau Solu serta melakukan pemutakhiran data terkini di Danau Toba,” kata Marco.
Di sisi lain, Marco juga berharap melalui kegiatan yang digagasnya ini kearifan lokal di daerahnya dapat lestari san berkembang dengan baik. Harapannya, generasi milenial sebagai penerus tak begitu saja melupakan hal tersebut yang diyakininya sejauh ini menjadi faktor yang membuat Toba menjadi unik di mata wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
“Saya ingin nilai-nilai luhur adat istiadat masyarakat Danau Toba dapat terus dilestarikan oleh anak-anak muda sebagai generasi penerus ke depan,” harap Marco. Dengan begitu, Marco berharap agar masyarakat dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan dapat menjaga kearifan budaya lokal dengan melibatkan generasi muda sebagai motor penggeraknya agar mereka dapat mengenal budaya di kampung halaman mereka sendiri dengan baik
Marco memulai ekspedisinya pada 1 Juni dan finish pada 20 Juli 2021. Dia mengelilingi perairan Danau Toba dengan solu dimulai dari Daerah Sigaol Timur, Panamean, Pangaloan, Parapat, Tanjung Unta dan bersandar di Haranggaol pada Sabtu 19 Juni 2021.
Kehadiran Marco disambut Ketua Persatuan Olahraga Dayung Kabupaten Simalungun (Podsi), Purnomo Aritonang ,Ketua Clarinta, Jefri Antony didampingi Ray Retrigo Sitio beserta jajaran pemerintah setempat. Marco disambut tarian dan diberi penghormatan dengan memasangkan gotong di kepalanya dan ulos pamonting, dengan harapan bisa melanjutkan perjalanan yang begitu panjang.
Jefry Antony didampingi Ray Retrigo Sitio menegaskan jika lembaganya menyambut baik event ini. Ia mengatakan jika pihaknya sedang mencoba mengembangkan tradisi adat dan budaya Simalungun, salah satunya melalui olahraga.
“Kita berupaya untuk mengembangkan seni budaya di Haranggaol ini, baik dalam olahraga maupun tari. Untuk adat istiadatnya kita coba nanti koordinasi dengan PMS (Partuha Maujana Simalungun) Haranggaol. Tujuannya agar masyarakat Haranggaol tak lupa pada tradisinya,” kata Jefry.
Dia berharap, orangtua dapat memberikan edukasi terhadap anak remaja dan pemuda terkait adat dan budaya Simalungun.
“Ini juga upaya bentuk untuk anak kita nantinya berolahraga, secara otomatis menjauhkan diri dari narkoba. Dan saya sebagai ketua Seni Budaya Clarinta ingin mengundang PMS, Kepling dan penatua yang ada di kampung kita ini. Tujuannya agar menyamakan acara dalam pesta, suka maupun duka, karena saya melihat masih ada perbedaan adat atau acara dalam suatu pesta, padahal masih satu wilayah Haranggaol,” kata mantan Porhanger GKPS Batam itu.(****)