BANDUNG BARAT – Tak dapat dipungkiri, pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif berkontribusi positif terhadap ketahanan ekonomi nasional. Itu sebabnya diperlukan roadmap atau peta jalan agar arah dan tujuan serta target sasaran tak melenceng dari apa yang hendak dicapai.
Hal itulah yang menjadi dasar diselenggarakannya Focus Group Discussion (FGD) penyusunan roadmap produk wisata alam, budaya dan buatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Wisata Alam, Budaya dan Buatan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Direktur Wisata Alam, Budaya dan Buatan Direktorat Wisata Alam, Budaya dan Buatan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Alexander Reyaan menilai ada tiga hal utama agar roadmap produk wisata yang tengah disusun mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan nasional.
Ketiganya adalah quality tourism experience, pariwisata berbasis ekonomi kreatif dan nilai tambah ekonomi kreatif. “Destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif menekankan pada pengembangan produk ekonomi kreatif berbasis cluster dan kawasan ekonomi kreatif, pengembangan destinasi pariwisata berkualitas berdasarkan prioritas, penerapan destinasi pariwisata berkelanjutan dan diversifikasi produk pariwisata,” papar dia di hadapan sekitar 35 peserta FGD di Mason Pine Hotel, Kabupaten Badung Barat, 4 Juli 2020.
Ia melanjutkan, pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif menekankan pada niche market wisatawan premium. Di antaranya adalah MICE, wisata minat khusus dan events. Yang perlu diperhatikan pula adalah perluasan pangsa pasar produk ekonomi kreatif, citra pariwisata dan produk ekonomi kreatif Indonesia berdaya saing.
Alex, sapaan akrab Alexander Reyaan tak menampik jika target pembangunan pariwisata 2020-2024 berorientasi kepada peningkatan citra, daya saing dan kontribusi pariwisata dalam mendukung perbaikan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Sebut saja misalnya pemasukan devisa dari sektor pariwisata. Jika pada tahun 2018 senilai USD19,3 miliar, maka pada tahun 2020 ditarget sebesar USD30 miliar. Sedangkan kontribusi PDB pariwisata pada tahun 2018 sebesar 4,8 persen ditarget naik menjadi 5,5, persen pada tahun 2024.
Begitu juga dalam jumlah kunjungan wisatawan. Jika pada tahun 2018 wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia sejumlah 15,8 juta orang, pada tahun 2024 ditarget 22,3 juta orang. sedangkan untuk wisatawan Nusantara pada tahun 2018 sebanyak 303 juta perjalanan dan dipatok naik menjadi 350-400 juta perjalanan pada tahun 2024.
Untuk tenaga kerja pariwisata pada tahun 2018 sebanyak 12,8 juta dan ditarget naik menyerap 15 juta tenaga kerja pada tahun 2024. Untuk peringkat diharapkan naik antara peringkat 29-34 pada tahun 2023 dibanding tahun 2019 yang berada pada peringkat 40.
Sementara itu, Alex menyebut pemerintah tetap fokus pada sepuluh destinasi pariwisata prioritas ditambah delapan destinasi pariwisata pengembangan sebagai pendukung. Delapan destinasi itu adalah Bukittinggi dan Padang, Batam dan Bintan, Sambas dan Singkawang, Bandung, Halimun dan Ciletuh, Banyuwangi, Derawan-Berau dan Toraja, Makassar dan Selayar.
Untuk itu menurut Alex diperlukan roadmap sebagai peta jalan mencapai target dan sasaran yang ingin dicapai. “Roadmap tidak sekadar dokumen. Roadmap ini harus disusun sebaik mungkin yang bisa diimplementasikan dan dipahami pelakunya. Ini pedoman dalam mengambil kebijakan produk pariwisata ke depan,” demikian Alex. (***)