JAKARTA – Di tengah Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia banyak usulan masuk ke pemerintah dalam mengatasi dampak ekonomi wabah tersebut. Bahkan sudah muncul banyak pandangan agar Bank Indonesia mencetak uang guna mengatasi krisis yang terjadi.
Menanggapi pemberitaan yang dramatis tentang usulan sejumlah anggota DPR agar Bank Indonesia mencetak uang Rp600 Triliun, M. Sarmuji, Sekretaris Poksi XI FPG DPR R merasa perlu menanggapi secara langsung.
” Ide mencetak uang tidak pernah muncul sebagai ide fraksi Partai Golkar sebagai solusi untuk mengatasi dampak Pandemi Covid-19 terhadap perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Bahkan ide ini tidak pernah dibahas dalam rapat kelompok fraksi (Poksi XI) atau dikonsultasikan baik kepada pimpinan fraksi maupun kepada pimpinan Poksi XI,” ujar Sarmuji.
Selain itu Sarmuji juga menyatakan jika Fraksi Partai Golkar menyadari bahwa mencetak uang membawa konsekwensi seperti menurunkan tingkat kepercayaan terhadap rupiah yang bisa berakibat pada menurunnya kepercayaan terhadap mata uang Indonesia itu, inflasi dan menurunnya nilai kurs yang bisa menimbulkan dampak luas. “Ibarat mengobati sakit obat bisa lebih berbahaya dari pada penyakitnya,” tambah Sarmuji.
Lebih lanjut Sarmuji berpendapat, perdebatan yang serius di dalam DPR terutama di komisi XI bukan tentang mencetak uang. “Mencetak uang hanya terjadi debat intens di luar ruang rapat. Kami lebih berkonsentrasi pada penambahan likuiditas, relaksasi kredit, pemulihan ekonomi, insentif fiskal, pembelian obligasi pemerintah oleh BI dengan bunga rendah untuk meringankan beban pemerintah dan hal- hal lain yang terkait dengan itu,” ucapnya.
Menurut Sarmuji Isu cetak uang hanya muncul sekilas saja san tisak ada satupun kesimpulan rapat yang menyinggung tentang pencetakan mata uang. Ia juga menyatakan jika ada pandangan dari kader Golkar soal ide mencetak uang bukanlah pendapat partai. “Pandangan Misbakhun tidak mewakili sikap Partai maupun sikap fraksi Partai golkar,” tutup Sarmuji (*)