JAKARTA – Jika Anda tengah merencanakan untuk berlibur, tak ada salahnya menjatuhkan pilihan untuk menghabiskan waktu di kawasan Pantai Carita yang terletak di Kabupaten Pandeglang, Banten. Bukan tanpa alasan Pantai Carita dipilih sebagai destinasi wisata pilihan. Di tengah pandemi Virus Corona atau Covid-19, protokol kesehatan menjadi hal utama yang harus diperhatikan untuk memilih tujuan destinasi wisata kita. Bersyukur, pemerintah telah menetapkan Kabupaten Pandeglang sebagai wilayah zona hijau Covid-19.
Sebagai destinasi wisata tirta, Pantai Carita terbilang memiliki fasilitas yang sangat baik. Hal utama tentunya akomodasi wisata yang banyak tersebar di sepanjang bibir pantai. Salah satu akomodasi wisata yang terbilang cukup lengkap adalah Mutiara Carita Cottages. Hotel dan Cottages yang terletak di bilangan Jalan Raya Carita Labuan Km 7, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten itu begitu asri dengan rerimbunan pepohonan yang terjaga dengan baik. Komisaris PT Mutiara Hitam Pertiwi (MHP) selaku pengelola Mutiara Carita Cottages, Bambang Irianto menjelaskan betapa perusahaannya amat menjaga betul kondisi lingkungan dan alam sekitar. “Biasanya kalau kita pergi ke pantai itu kan sudah pasti panas. Tetapi di sini udaranya sejuk. Selain ada gunung yang tak jauh dari sini, pohon pohon besar di sekitar cottages kami juga menambah kesegaran udara,” begitu kata Bambang membuka perbincangan, Minggu (19/7/2020).
Saking pedulinya dengan lingkungan, ada cerita menarik yang diungkapkan Bambang, yaitu tentang kisah nyata sepasang pohon Waru tua yang hidup tepat di bibir Pantai Mutiara Carita Cottages.
Sepasang pohon Waru ini sudah berusia lebih dari 50 tahun. Kedua pohon ini diibaratkan sepasang sejoli yang selalu hidup bersamaan. Lokasinya di depan laut yang sering terkena badai angin dan badai air laut, tetapi tetap bisa hidup dengan penuh mesra. Sejak dahulu, pohon Waru ini menjadi tempat favorit selfie pengunjung.
Tetapi nahas menimpa sepasang pohon Waru ini. Waktu tsunami menerjang pada Desember 2018, sepasang pohon ini tercabut dari akarnya, tumbang dan terseret ombak sampai sejauh lebih dari 20 meter. “Kami kira sepasang pohon ini sudah mati. Tetapi keajaiban terjadi, sepasang pohon ini sesudah sebulan mulai memperlihatkan tanda-tanda kehidupan dengan mengeluarkan tunas daun kembali. Kami cepat-cepat pindahkan ke tempat aslinya.
Dengan demikian, kami ibaratkan sepasang Waru ini sebagai lambang ‘cinta abadi’ yang hidup berdampingan puluhan tahun dan sanggup mengatasi kesulitan hidup, bahkan terkena bencana yang paling hebat. Tsunami pun masih tetap sanggup hidup bersama kembali. Karena itu kami namakan Waru Cinta Abadi dan pasangan tamu yang foto dengan pohon ini diharapkan ketularan bisa menjalani cinta abadi,” harap Bambang. Pohon Waru itu kini malah menjadi spot yang Instagramable dengan latar belakang pantai.
Ya, Mutiara Carita Cottages merupakan sarana akomodasi wisata yang terintegrasi dengan Pantai Carita. Dari sini kita bisa menikmati ragam wahana tirta Pantai Carita. Bermain buliran pasir putih biasa dilakukan anak-anak di pinggir pantai. Sementara jika ingin menikmati wisata seperti banana boat dan jet sky juga tersedia di sini. Atau jika ingin pergi menangkap ikan di keramba juga bisa dengan menggunakan perahu nelayan. Wisata alam bawah lautnya juga tak kalah menakjubkan.
Jika Anda ingin snorkeling atau mau diving, alam bawah laut Pantai Carita menampakkan biota laut yang memuaskan mata. Untuk wisata bawah laut ini mesti dipandu oleh tim yang profesional.Yang paling seru adalah memberi makan aneka ikan hias di kawasan konservasi terumbu karang tepatnya di ujung dermaga. Dahulu, Bambang bercerita, terumbu karang di sini rusak. Ikan-ikan pun ditangkapi sembarangan. Padahal, kawasan pantai ini merupakan lokasi pemijahan ikan. Tak mau kerusakan lingkungan terus berlanjut dan nelayan kehilangan mata pencarian, Mutiara Carita Cottages tergerak untuk melakukan konservasi. Itu dilakukan ketika pemilik baru mengambil alih Mutiara Carita Cottages pada dua tahun lalu.
“Terumbu karang kami tanami kembali dan dijaga . Sekarang kita bisa lihat hasilnya, Ikan-ikan kembali berkumpul dan melakukan pemijahan di sini. Dalam sehari kami beri makan ikan-ikan ini dua kali yakni pada pagi dan sore hari. Ini juga menjadi atraksi tersendiri bagi pengunjung,” papar Bambang. Dari dermaga sepanjang 100 meter kita bisa melihat dari dekat ragam biota laut. Dari sini pula kita memberi makan ikan-ikan tersebut. Pada malam hari, di ujung dermaga ini menjadi spot indah menikmati dinner bersama keluarga atau teman-teman.
Yang tak kalah menarik juga, kita bisa melihat dari dekat bagaimana nelayan memancing gurita hampir setiap hari. Jika ingin mencoba masakan gurita silakan saja pesan, karena sudah tersedia di Resto Mutiara Carita. Pada malam hari juga nampak bagan-bagan bambu yang setiap malam menangkap cumi, ikan teri dan ikan-ikan lainnya. Hal ini menandakan bahwa laut sekitar Carita kaya akan pelbagai jenis ikan lautnya.
Ya, meski dikelola secara profesional oleh perusahaan akomodasi wisata, namun warga sekitar dan nelayan tetap diberikan akses untuk tetap berinteraksi dengan alam mereka. “Kami juga menyediakan lahan bagi warga sekitar untuk menjajakan hasil olahan tangkapan laut di sini. Kami bekerjasama dengan kampung nelayan di dekat cottages. Kami hanya menyediakan fasilitas saja, hasil transaksinya sepenuhnya milik warga atau nelayan. Kami sama sekali tidak mengambil keuntungan,” papar Bambang.
Tak hanya menawarkan wisata tirta, Mutiara Carita Cottages juga menghadirkan destinasi wisata sejarah berbalut religi. Ada petilasan Ki Daud di ujung dekat dermaga. Biasanya, banyak warga datang untuk mandi tepat di petilasan Ki Daud. Ada pemandian Ki Daud yang cukup terkenal dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit. Warga dari kota-kota besar pun berbondong-bondong datang ke sini. Bambang mengisahkan, pada zaman dahulu kala menurut legenda rakyat, Ki Daud dianggap sebagai sosok orang Sakti dan pekerjaan nya menjaga lampu lentera di ujung teluk Carita yang Lokasi itu oleh penduduk dinamakan Tanjung Lentera. Setiap malam Ki Daud menghidupkan Lampu Lentera yang zaman itu masih pakai minyak tanah dan digantung di ujung teluk.. Beliau menjaga lampu tersebut jangan sampai padam. Lentera itu berfungsi sebagai mercusuar untuk kapal kapal yang lewat daerah ini.
Ki Daud sendiri tinggal di gubuk kecil di pinggir pantai yg sekarang menjadi cottage A5 Mutiara Carita Cottages.
Menurut Hikayat, Ki Daud memiliki kebiasaan selalu mandi di cangkrung tersebut. Ki Daud selalu sehat dan meninggal di usia sangat tua. Katanya, penampilannya awet muda, sebab kulitnya selalu bersih mulus dan tidak terlihat keriput. Karena dianggap sebagai orang sakti, Ki Daud sering didatangi orang sakit yang meminta pertolongan kesembuhan. Oleh Ki Daud si pasien didoakan untuk minta kesembuhan dan diajak nyebur ke cangkrung tersebut.
“Mungkin doa-doa mereka sebagian besar dikabulkan oleh Allah Yang Maha Kuasa dan menjadi sembuh.
Kisah ini menyebar ke penduduk sekitar Carita, bahkan sudah menyebar ke pelbagai daerah di Banten. Sehingga sampai sekarang selalu ada penduduk yang datang ke Cangkrung Ki Daud ini. Biasanya, mereka datang subuh dan mandi di cangkrung. Sesudah selesai mandi, ada kebiasaan mereka melempar uang logam ke cangkrung sebagai ungkapan tanda terima kasih. Tentu saja dengan harapan sakitnya cepat sembuh. Di dasar cangkrung kita sering lihat uang logam berserakan. Kalau ada dari kalian yang percaya, silakan nyemplung saja ke Cangkrung Ki Daud,” ucapnya.
Begitulah Mutiara Carita Cottages dan Pantai Carita yang tiada habis untuk dieksplorasi. Satu atau dua hari rasanya tak cukup menyusuri atraksi wisata yang dimiliki cottages seluas 20 hektar persegi itu. Jadi, jika Anda sedang merencanakan untuk berlibur, Pantai Carita merupakan destinasi yang patut disinggahi. Tentu saja menginap di Mutiara Carita Cottages adalah pilihan yang tepat. Pada umumnya pengunjung akan kembali lagi.(***)