DESTINASIDIGITAL.COM//INDRAMAYU – Pengenalan pertanian cerdas iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) melalui proyek SIMURP, terus dilakukan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian. Salah satunya melalui kegiatan Training of Farmers (ToF).
Di Kabupaten Indramayu, ToF dilaksanakan 22-24 September 2020, di Kecamatan Haurgeulis. Pelaksanaan ToF di BPP Haurgeulis ini, diikuti oleh 24 orang petani dari desa se BPP Kecamatan Haurgeulis.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, ToF bertujuan meningkatkan kapasitas petani, kelompok tani dan P3A sebagai penerima manfaat Proyek SIMURP. Sedangkan Outputnya adalah terlatihnya petugas ToF untuk kegiatan di 5 Desa lokasi SIMURP.
“Kegiatan ToF CSA SIMURP memberikan banyak manfaat buat petani dan penyuluh. Ikuti kegiatan ini dengan serius sehingga bisa diaplikasikan di pertanian,” tutur Mentan SYL.
Sementara Kepala BPPSDMP Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi, mengharapkan pelatihan ToF memberikan manfaat kepada petani.
“Khususnya dalam meningkatkan pengetahuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, caranya dengan cerdas memanfaatkan iklim. Misalnya bagaimana pertanian hanya memerlukan air sedikit tetapi produktivitasnya tetap tinggi serta memanfaatkan alat mesin pertanian modern secara optimal,” jelasnya.
Pembukaan ToF di Indramayu dilakukan oleh Camat dilanjutkan dengan pemberian Materi CSA oleh fasilitator. Narasumber dalam Tof ini adalah kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu dan Camat selaku Komandan Kostratani. Sedangkan Fasilitatornya adalah Penyuluh Pertanian yang telah dilatih TOT di Balai Pelatihan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Cihea Cianjur. Metode pembelajaran perpaduan teori dan praktek dimana praktek lebih besar porsinya dari pada teori.
Materi yang disampaikan diantaranya Pengolahan Tanah, Pemanfaatan KATAM, Teknologi Jajar Legowo, Pemanfaatan Pestisida Nabati, Pemupukan Organik, Pemanfaatan Alsintan.
Sesuai rekomendasi Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, penerapan CSA khususnya pada komoditi padi dan komoditas lainnya yang bernilai ekonomi tinggi dilakukan melalui paket teknologi. Meliputi penentuan waktu tanam dengan penggunaan kalender tanam, penggunaan bahan organik untuk membuat pupuk organik, penggunaan perangkat uji tanah sawah untuk menentukan dosis pupuk dasar (pupuk P, N, dan K), penggunaan bibit unggul, rendah emisi dan bermutu (melakukan uji benih).
Juga melalui penggunaan bibit usia muda tanam jajar legowo dengan 2-3 bibit/lubang pada kondisi macak-macak, penerapan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terpadu untuk preventif, kegiatan pengukuran emisi Gas Rumah Kaca (GRK), teknologi irigasi intermittent dan Alternate Wet and Drying (AWD).
Salah satu materi yang sangat penting diajarkan pada para petani adalah bagaimana cara mengunakan air seefisien mungkin tapi tidak menurunkan produksi namun justru sebaliknya terutama pengairan ada tanaman padi, dimana padi bukan tanaman air tapi merupakan tanaman butuh air.
Sehingga, tidak perlu digenangan terus menerus tetapi perlu diatur kapan tanaman tersebut perlu diairi dan kapan tidak perlu diairi sehingga dapat menghemat air yang semakin langka di dapatkan di muka bumi ini.
Kelangkaan air tersebut selain karena disebabkan oleh perubahan iklim namun juga disebabkan ulah manusia yang boros dalam pengunaan air. Petani pun kerap kali mengairi sawah mereka dengan cara menggenangi lahan secara terus menerus.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya kelangkaan air para petani peserta Tof dibekali ilmu bagaimana dapat berhemat air dalam berusahatani di sawah yaitu dengan menggunakan teknologi pengairan AWD hasil temuan para ahli dan peneliti yang bertujuan untuk menghemat air dalam irigasi.
AWD (Alternate Wetting and Drying) adalah teknologi hemat air yang dapat diterapkan petani untuk mengurangi penggunaan air irigasi di lahan sawah. Teknologi ini merupakan salah satu teknologi untuk menghemat penggunaan air tanpa mengurangi produktivitas tanaman. AWD sangat cocok untuk diterapkan pada tanaman padi.
Cara menerapkan AWD di lahan sawah sangatlah mudah dan sederhana yaitu hanya dengan menggunakan pipa paralon berdiameter 10-15 cm dan dengan ukuran panjang 30-100 cm.
Dengan ukuran pipa tersebut maka permukaan air dapat terlihat dari luar dengan sebelumnya pipa paralon dilubangi kecil-kecil di semua sisinya untuk mempermudah masuk dan keluarnya air. Pipa dibungkus dengan kain kasa untuk mencegah tanah masuk ke dalam pipa. Pipa dipasang dengan membuat lubang pada tanah dan membenamkannya hingga tersisa 10-20 cm di atas permukaan tanah.
Air akan masuk melalui lubang celah pipa yang dipendam di dalam tanah dan dapat diatur waktu pengairannya dengan naik turunnya air dalam sawah dengan melihat ukuran tinggi air dalam paralon dari angka 5cm – 15cm di atas sampai di bawah permukaan tanah.
Manfaat dari AWD selain untuk menghemat kebutuhan air sawah juga dapat digunakan untuk membantu mengurangi pertumbuhan gulma, mengurangi serangan organisme pengganggu tanaman seperti wereng dan keong sawah, serta menciptakan lingkungan yang kaya oksigen yang baik untuk pertumbuhan perakaran.
Pengujian terhadap AWD di Indonesia telah dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui peneliti di Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) bekerjasama dengan National Agriculture and food Research Organization (NARO) pada tahun 2013-2016 selama 6 musim tanam.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, kelangkaan air di lahan sawah dapat ditekan bahkan dapat dihindari, salah satunya dengan menerapkan teknologi AWD.
Teknologi ini mampu menghemat penggunaan air irigasi sebesar 17-20%, Selain itu, teknologi ini juga dapat meningkatkan produksi hingga 1 ton/ha dibandingkan dengan pengairan terus menerus. (ED/LW/NF)