JOMBANG – Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) lebih efisien untuk mendukung sektor pertanian. Alasan ini yang akhirnya membuat petani di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, meninggalkan cara konvensional dalam bercocok tanam. Petani memilih memanfaatkan transplanter untuk menanam.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, sektor pertanian Indonesia harus lebih maju. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan alsintan.
“Petani yang maju dan modern adalah petani yang mampu memanfaatkan alat dan mesin pertanian untuk bekerja. Dan hal ini juga yang menjadikan petani mandiri. Jadi kita selalu menekankan pentingnya penggunaan alsintan, khususnya untuk meningkatkan produktivitas,” tutur Mentan SYL, Selasa (16/06/2020).
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy, menambahkan, pekerjaan petani di lapangan akan sangat terbantu dengan menggunakan alsintan.
“Alsintan bisa dimanfaatkan petani sejak olah lahan. Begitu juga saat tanam, petani bisa memanfaatkan transplanter agar prosesnya lebih cepat. Alsintan juga sangat membantu untuk panen. Jadi memang tidak penggunaan alsintan untuk pertanian tidak bisa dihindari, petani harus memaksimalkannya,” tutur Sarwo Edhy.
Di Desa Gebang, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, terjadi perubahan gaya bertani. Menurut penyuluh lapangan Kelompok Tani (Poktan) Desa Gebang Kecamatan Plandaan, Sutiyah, petani telah meninggalkan cara lama untuk menanam. Mereka lebih percaya pada penggunaan alsintan, jenis transplanter.
“Dengan menggunakan transplanter, penanaman padi menjadi lebih cepat dan efisien. Jika sebelumnya setiap pemilik lahan memperkerjakan 7 hingga 8 orang saat tanam padi, dengan transplanter cukup dilakukan oleh 1 atau 2 orang saja. Hal ini secara otomatis akan menurunkan biaya produksi jika dibandingkan dengan cara manual,” tuturnya.
Menurutnya, transplanter solusi yang tepat disaat buruh tani sulit didapat. Namun, Sutiyah berharap ada pelatihan bagi petani agar mereka dapat menggunakan transplanter ini dengan baik. Sehingga, mesin ini tidak rendah produktivitasnya.
“Mesin ini mampu bekerja dalam waktu yang lebih cepat daripada menggunakan tenaga manusia baik secara manual maupun transplanter dorong. Melalui penggunakan mesin ini, petani malah diuntungkan karena pekerjaan selesai secara lebih efisien dan praktis,” paparnya.(*)