JAKARTA – Background professional Menteri Pariwisata Arief Yahya terlihat dari fondasi strategic management yang dibangun di sektor pariwisata. Antara teori, benchmark, dan implementasi seiring bergerak bersama. Maka hasilnya, industri bertumbuh, ekonomi bergulir, dan ending nya government juga menerima manfaat.
Dulu orang ragu, apakah teori-teori dan framework yang dicetuskan Mantan Dirut PT Telkom dan 10 tahun menjadi Komisaris Telkomsel ini ampuh untuk membangun pariwisata Indonesia. Apakah pengalaman sukses di industri telekomunikasi bisa diimplementasikan di tourism industry? Semua dijawab dengan fakta dan angka-angka.
Pergerakan wisman dan wisnus semakin meyakinkan, bahkan pariwisata paling berpotensi menjadi core economy bangsa ke depan. Bisnis pariwisata bertumbuh, dan putaran ekonominya menetes sampai ke bawah.
“Mengubah pendekatan dari birokrasi ke korporasi itu tidak mudah, tetapi Alhamdulillah saat ini Kemenpar sudah bertransformasi dengan baik. Sehingga semakin tajam membina industri yang berkecimpung di sektor pariwisata,” kata Menpar Arief Yahya.
Di internal, Arief Yahya memperkenalkan corporate culture atau budaya kerja dan memberi contoh dengan prinsip 3S. Solid, Speed, Smart. Ke dalam harus solid, kompak, bekerjasama, berkolaborasi, untuk mendapatkan yang terbaik.
Dalam proses bekerja harus Speed, cepat! Karena persaingan ke depan yang cepat mengalahkan yang lambat, bukan yang besar memakan yang kecil. Sedangkan Smart, harus makin pintar, makin cerdas membaca trend masa depan, implementasinya dengan Go Digital.
“Saya rutin menuliskan CEO Message, dan saya presentasikan sebelum Rapim – Rapat Pimpinan, yang diikuti Eselon I dan II, agar mereka paham apa yang sedang kita kerjakan. Tahu prioritas, mengutamakan yang utama. Mereka membuat planning jangka pendek, dan mereport executing atau apa yang sudah dieksekusi mingguan,” ujar Arief Yahya, yang pernah dinobatkan sebagai Marketeer of The Year 2013 oleh Markplus itu.
Golnya, membuat industri yang bergerak di sektor pariwisata lebih berdaya, lebih kuat, lebih maju, dan di situlah peran government. “Istilah saya, industry lead Government support!” tegasnya.
Maka muncul Pentahelix Models, sebuah kolaborasi yang disyaratkan agar pariwisata maju bersama. Yakni Academician, Business, Community, Government, Media. “Ketika kelima stakeholder pariwisata ini bersatu, maka pariwisata akan melompat tinggi-tinggi,” ungkap Arief Yahya yang ahli Strategic Management itu.
Daerah-daerah yang sejak awal berkomitmen penuh dengan pariwisata sudah melompat maju. Pariwisata terbukti bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bahkan sejumlah daerah PAD mengalami lonjakan tajam. Pembangunan infrastruktur dan program-program pariwisata yang tepat menjadi kuncinya.
Contohnya Kabupaten Belitung, sejak memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang, PAD di Belitung meningkat 300 persen selama 4 tahun. Penyebabnya, kunjungan wisatawan melonjak. Dampak perekonomian pun kian dirasakan masyarakat.
PAD Pariwisata Belitung pada tahun 2014 sebesar 7.123.743.384 dan tahun 2018 sebesar 20.288.184.459. Sementara jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) dan wisatawan nusantara (Wisnus) Belitung pada tahun 2014 sebesar 281.049 dan tahun 2018 sebesar 812.567. Mengalami kenaikan 189%.
“Semua tak lepas dari usaha yang telah dilakukan Kementerian Pariwisata untuk menggenjot kunjungan, khususnya di 10 destinasi prioritas. Kami melakukan kebijakan yang disarankan Pak Menpar Arief Yahya, utamanya dengan rumus 3A, yakni Atraksi, Amenitas dan Akses,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung Hermanto.
Sejak menjadi destinasi prioritas, atraksi di Belitung dibuat standar berkelas internasional. Lalu, didaftarkan Belitung Geopark ke Unesco Global Geopark (UGG) dimana asesor datang pada bulan Juni 2019 dan penilaian akan diumumkan pada bulan April tahun 2020.
Data-data yang dibutuhkan untuk dossier dan kelengkapan administrasi dibantu oleh alumni ITB Bandung. Pemkab Belitung sangat terbantu. “Kami ingat kata-kata Pak Menpar Arief Yahya, untuk menjadi global player maka harus menggunakan global standart, maka kami ikuti arahannya,” jelas Bupati Belitung Sahani Saleh.
Masih mengikuti logika Menpar Arief Yahya, bahwa Belitung memang sudah punya nama, atau brand. Yakni Negeri Laskar Pelangi, karena dipopulerkan oleh Andrea Hirata melalui novel dan filmnya. Tetapi film dan novel itu lebih ke pasar wisnus atau domestic. Di luar negeri belum “nendang”, karena itu harus ada pengakuan dari lembaga dunia yang menjadi kekuatan Belitung, maka ketemu dengan UNESCO Global Geopark.
Atraksi alam Belitung dengan batu-batu granit berukuran giant, itu diproses, diusulkan, ke UNESCO. Kalau di level nasional, Belitung sudah masuk. “Tinggal menunggu proses di UNESCO, dan kami kawal ketat,” ungkap Bupati Sahani Saleh.
Lalu dari sisi aksesibilitas dengan adanya penerbangan internasional Singapura – Belitung. Juga adanya persiapan penerbangan rute baru yaitu Kuala Lumpur – Belitung. Serta pendekatan dengan alternatif penerbangan langsung lainnya selain dari Jakarta.
“Dari sisi amenitas terus bertumbuh pembangunan hotel-hotel baru berbintang 4 ke atas. Sehingga wisatawan memiliki alternatif tempat untuk menginap,” tambah Bupati Sahani yang didampingi Kadispar Belitung Hermanto.
Tak hanya Belitung yang ketiban pulung industri pariwisata, Danau Toba juga mengalami peningkatan PAD. Contohnya di Kabupaten Samosir, dalam 3 tahun, terjadi peningkatan PAD Pariwisata 80 persen. Semua kabupaten di kawasan Danau Toba mengalami hal yang hampir sama.
Tingkat kunjungan wisman dan wisnus ke Danau Toba, Kabupaten Samosir, sebanyak 381.649 orang pada 2018. Kunjungan tersebut naik dibanding tahun 2017 yang hanya 278.059 orang. Yang lebih membahagiakan, masyarakat setempat, memberikan laporan bahwa penghasilan penduduk juga mengalami kenaikan.
“Semakin membaiknya infrastruktur perhubungan serta tertatanya objek-objek wisata berdampak kepada meningkatnya kunjungan wisatawan. Ini memberikan dampak luas kepada seluruh masyarakat Samosir secara umum dan khususnya para pelaku usaha di bidang ke pariwisata,” jelas Plt Kepala Dinas Pariwisata Samosir Daulat Nainggolan.
Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Danau Toba juga meningatkan PAD Samosir yang bersumber dari sektor pajak. Pajak hotel yang dihimpun pada 2018 sebesar Rp 2, 010 miliar sebelumnya Rp 1,612 miliar, pajak restoran Rp 1,244 miliar sebelumnya Rp 1,229 miliar.
Lalu, pajak hiburan Rp 223,25 juta pada 2017, naik menjadi Rp 236,38 juta pada 2018. Begitu pula retribusi tempat rekreasi Rp 422,97 juta pada 2017 menjadi Rp 1,833 miliar pada 2018.
Hal serupa juga terjadi di Kabupaten Banyuwangi. Pariwisata Banyuwangi membuat pertumbuhan ekonomi daerah itu berada di level 5,6% atau lebih tinggi dari ekonomi nasional sebesar 0,53 persen.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Banyuwangi Bramuda mengungkapkan, sektor pariwisata kini menjadi tumpuan utama PAD di Kabupaten Banyuwangi.
“Rapor pariwisata Banyuwangi saat ini sangat positif. Dan ini buah kerja bersama dari semua elemen di Banyuwangi. Dalam beberapa tahun terakhir, kami sangat fokus mendorong sektor pariwisata. Hasil positif yang didapat pun sangat luar biasa,” kata Bramuda.
Tahun 2017 lalu, PAD Kabupaten Banyuwangi dari sektor pariwisata mencapai Rp22 miliar. Tahun 2018, PAD dari sektor pariwisata sebesar Rp29 miliar.
Bramuda menyebut sepanjang tahun 2018 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memiliki agenda sebanyak 77 festival. Festival di berbagai bidang, mulai dari kebudayaan, ekonomi, hingga olahraga. Banyuwangi, kota kecil di ijung timur Jawa, tumbuh menjadi kota pariwisata andalan Jawa Timur dan contoh sukses buat Indonesia.
Dari festival-festival itu, masyarakat di desa-desa merasakan dampaknya. Mereka mengelola parkir kendaraan dari para wisatawan. Rumah-rumah warga pun terdongkrak dari penghasilan homestay. Belum lagi memperoleh keuntungan dari menjual makanan dan minuman.
“Dulu sektor Pariwisata menjadi penymbang PAD paling sedikit di Banyuwangi. PAD tertinggi dulu dari sektor pertanian. Sekarang selama kepemimpinan Bupati Azwar Anas, PAD dari sektor pariwisata menjadi tertinggi. PAD pertanian sekarang nomor dua di bawah pariwisata,” pungkas Bramuda.
Cerita yang sama juga terjadi Manggarai Barat NTT, lokasi Labuan Bajo Komodo. Sejak kawasan ini dijadikan Destinasi Prioritas, menjadi 10 Bali Baru, pertumbuhan industri pariwisatanya pesat. Ibarat seorang gadis, Labuan Bajo sedang seksi-seksinya.
PAD yang tahun 2017 hanya Rp 70M, naik hampir 100% di tahun 2018 tembus Rp 135M. “Labuan Bajo dengan ikon Komodo memang kita promosikan ke seluruh dunia, melalui berbagai channel media,” kata Menpar Arief Yahya.
(**)