BIAK – Event budaya Festival Biak Munara Wampasi (FBMW) VII bakal digelar lagi. Tepatnya pada 1-6 Juli, di Biak Numfor. Seperti biasa, event ini akan dimeriahkan dengan Wor dan Yospan. Apa sih itu? Yuk kita kupas.
Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuty, FBMW adalah event tahunan yang selalu mampu menarik minat wisatawan.
“Komposisi kontennya relatif sama, tapi kemasan yang ditampilkan selalu berbeda. Beberapa konten yang selalu menarik perhatian yaitu, Wor dan Yospan. Paradenya selalu unik karena Wor dan Yospan dibawakan di sepanjang rute,” jelas Esthy.
Tahun 2018, Parade Wor dan Yospan diikuti 30 tim peserta. Komposisinya, 10 tim ikut Wor dan 20 peserta lain menampilkan Yospan. Mereka berasal dari 12 distrik di Biak Numfor daratan. Panjang rute paradenya sekitar 3 Kilometer. Startnya dari Jalan Ahmad Yani, lalu finishnya di Lapangan Cenderawasih, Samofa.
“Parade Wor dan Yospan selalu dinanti. Parade ini menjadi pusat perhatian publik yang datang. Sebab, rutenya melewati jalan utama di Biak. Jadi, pengunjung tinggal mencari spot terbaik sembari menikmati kuliner dan minuman khas di sana,” lanjut Esthy.
Dalam budaya Biak, Wor mempunyai arti yang luas. Namun, tidak lepas dari kehidupan religi orang Biak. Wor juga biasa disertakan dalam berbagai tradisi, seperti upacara adat.
Dalam Festival Biak Munara Wampasi, Wor diaplikasikan dalam upacara, nyanyian adat, hingga folklor budaya masyarakat Biak. Tradisi ini sangat sakral karena dianggap melindungi siklus hidup seseorang. Hal ini juga berkenaan dengan falsafah masyarakat Biak, ‘Nggo Wor Baindo Na Nggo Mar’. Artinya, tanpa upacara atau pesta maka adat akan layu.
Wor terbagi dalam beberapa varian. Sebut saja Wor Beyusser yang menjadi simbol perdamaian. Ada juga Wor Fakuken perlambang pernikahan. Warna warni pernikahan masyarakat Biak Numfor ditampilkan Wor Yakyaker. Yaitu, simbol menghantar kunjungan pengantin wanita. Untuk Wor Kapanaknik yang ditandai dengan pemotongan rambut. Hal ini penanda kedewasaan dan status janda.
Gerak dasar peperangan dilambangkan dengan Wor Mamun. Para penari Wor Mamun juga melengkapi diri dengan peralatan perang khas Biak. Berikutnya adalah Wor Kobeoser untuk persatuan. Varian Wor tersebut kerap ditampilkan dalam FBMW.
Esthy mengatakan, Wor menjadi kekayaan tak ternilai dari masyarakat Papua.
“Wor jadi salah satu identitas Papua. Pesan moral yang ingin disampaikan tentu sangat menginspirasi. Untuk itu, kami rekomendasikan FBMW VII sebagai salah satu destinasi liburan terbaik tahun ini. Mari berkunjung ke sana dan nikmati beragam experience terbaiknya,” kata Esthy lagi.
Sedangkan Yospan alias Yosim Pancar, adalah tarian yang sangat tenar di Papua. Yosim Pancar adalah gambaran pergaulan dan persahabatan muda mudi di Papua. Yosim Pancar adalah gabungan 2 tarian. Tari Yosim berasal dari Teluk Sairei di Waropen. Gerakan Yosim mirip Poleneis, yaitu gerakan dansa asal Eropa. Mirip dansa, namun Yosim lebih ekspresif. Penarinya diberi kebebasan dalam mengeksplorasi gerakan.
Adapun Pancar juga berasal dari Biak Numfor dan Manokwari. Gerakannya lebih kaku dan tegas. Pancar ini mengikuti irama Tifa, Ukulele, Gitar, dan alat musik lain. Tari Yosim Pancar bisa dibawakan dengan beramai-ramai.
“FBMW selalu menarik. Keunikan budaya masyarakat Papua bisa dilihat dari festival ini. Biak Numfor juga kaya baik budaya dan alamnya. Semuanya eksotis dan menjadi paket terbaik. Biak Numfor juga punya ciri dari Wor dan Pancar. Namun, Pancar akhirnya digabung jadi Yospan,” papar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.
Eksotisnya FBMW VII dengan konten Parade Wor dan Yospan juga diakui Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menpar menegaskan, FBMW menjadi momentum terbaik menikmati Papua.
“Festival ini dengan kontennya tentu sangat luar biasa. Semuanya unik dan menarik. Selain atraksinya, aksesibilitas dan amenitas di Biak Numfor juga bagus. Enjoy Biak Numfor,” tutup Arief yang juga Menpar Terbaik Asia Pasifik.(**)