Keuntungan Ekonomi Ganda READSI Kementan Bagi Off Farm KWT Tolitoli

413 0

TOLITOLI – Kelompok Wanita Tani (KWT) Tolitoli, Sulawesi Tengah, memiliki value ekonomi besar. Pengungkitnya adalah program Rural Empowerment Agricultural and Development Scaling Up Initiative (READSI) Kementan. Didorong READSI Kementan, KWT semakin produktif menghasilkan income tambahan melalui aktivitas off farm.

“Sumber daya manusia (SDM) pertanian bagus karena didorong program READSI. Kompetensi mereka meningkat hingga melahirkan banyak kreativitas melalui aktivitas off farm. Potensi sumber dayanya dan pasarnya sama-sama besar,” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Mengoptimalkan off farm, KWT Tolitoli mengembangkan unit usaha berbasis ekonomi kreatif. Sub sektornya adalah seni kriya dengan bahan baku limbah rumah tangga. Mereka memanfaatkan sabut dan batok kelapa untuk dijadikan pot bunga hingga beragam hiasan. SYL menambahkan, petani semakin sejahtera dengan inovasi dan kreativitas.

“Pertanian semakin eksis dan petani semakin berdayakan. Dengan inovasi dan kreativitas, mereka mendapatkan nilai tambah. Apalagi, pertanian potensial secara ekonomi. Nilai Tukar Petani dan Nilai Tukar Usaha Pertanian hingga ekspor pertanian tumbuh optimal” terang SYL.

Selain menghasilkan barang dengan nilai ekonomis, pemanfaatan limbah batok kelapa otomatis mengurangi polusi udara. Sebab, masyarakat di sana memiliki kebiasaan membakar sampah sabut dan batok kelapa. Adapun penguatan aktivitas off farm dilakukan Sekolah Lapang (SL) dengan mentor Penyuluh Pertanian Ogodeide dan Fasilitator Desa Kamalu.

“Beragam peluang dan potensi harua diusahakan. Kami apresiasi upaya KWT yang mengembangkan off farm melalui ekonomi kreatif. Potensinya besar, apalagi marketplace-nya sudah siap. Mereka bisa memanfaatkan itu,” jelas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi.

Menggunakan basis off farm, ekonomi kreatif memiliki prospek cerah. Mengacu data Opus Creative Economy Outlook, 2019, ekonomi kreatif memberi kontribusi Rp1.105 Triliun terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia. Artinya, serapan pasarnya besar. Hal ini tentu bisa dioptimalkan para KWT di Tolitoli untuk fokus mengembangkan usaha off farm-nya.

“Sama seperti wilayah lainnya, Kementan akan memberikan dukungan penuh kepada KWT Tolitoli. Dengan begitu, ada pemerataan kesejahteraan. Yang pasti, aktivitas off farm dengan basis kerajinan menjanjikan secara ekonomi. Beban lingkungan juga berkurang,” tegas Dedi.

Menguatkan produktivitas dari ekonomi kreatif dan pemberdayaan KWT, READSI digulirkan di 6 provinsi dan 18 kota/kabupaten, termasuk 342 desa. Selain Sulawesi Tengah, READSI juga hadir di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Gorontalo, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Melalui kegiatan off farm READSI, petani khususnya KWT memiliki peluang menambah pendapatannya.

“Kegiatan off farm banyak memberikan keuntungan. Pendapatan KWT bertambah dengan jumlah besar. Apalagi, produk kerajinan dijual dengan harga Rp20 Ribu hingga Rp25 Ribu per item produk. Sejauh ini, hasil penjualan sangat membantu ekonomi keluarga,” tutup Penyuluh Pertanian Kecamatan Ogodeide, Agus.(***)

Related Post

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *