SULAWESI SELATAN – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong hadirnya petani-petani baru, khususnya dari kalangan milenial.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo regenerasi petani harus dilakukan.
“Saat ini, mayoritas petani kita adalah petani berusia tua. Jika tidak dilakukan regenerasi, maka 5 hingga 10 tahun mendatang kita akan kekurangan petani,” terang Mentan SYL.
Menurutnya Kementerian Pertanian akan mendorong lahirnya petani-petani dari generasi milenial.
“Generasi milenial itu akrab dengan inovasi teknologi dan mekanisasi. Di tangan mereka pertanian Indonesia bisa maju,” katanya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy menjelaskan, saat ini jumlah petani di Indonesia kurang dari lima juta orang. Jumlah itu terbilang sedikit dibanding jumlah penduduk dan luasan lahan yang dimiliki Indonesia.
Untuk meningkatkan pertumbuhan jumlah petani, Sarwo Edhy berharap anak-anak muda atau yang biasa disebut generasi milenial mau menggeluti sektor pertanian. Untuk menggaet generasi milenial di sektor pertanian, setidaknya ada beberapa tahap yang terus digencarkan oleh instansinya. Pertama yakni mengubah mainset dari pola bercocok tanam tradisional menuju sektor pertanian modern. Untuk mendukung hal tersebut, Sarwo Edhy telah mengimplementasikan peralatan pertanian berbasis mekanis.
“Kami mengharapkan petani milenial bangkit untuk pertanian yang maju dan modern. Hilangkan image bahwa jadi petani itu pasti kotor-kotoran. Sekarang itu tidak perlu kotor-kotoran jadi petani, bisa pakai remote sambil ngopi. Sekarang alat tanam, alat olah, alat panen sudah canggih menggunakan menanisasi,” katanya.
Untuk itu, ia meminta agar peralatan mekanis pertanian dapat dimanfaatkan dengan baik dan benar-benar digunakan untuk kepentingan pertanian. Pemerintah, ia melanjutkan, sudah menghibahkan mesin pertanian kepada kelompok tani, gapoktan, dan dinas pertanian di daerah-daerah. “Hibah mesin pertanian itu untuk dimanfaatkan bukan disimpan. Jadi jangan sampai kita lihat alat atau mesinnya menganggur. Kalau ada yang masih dibungkus tidak digunakan, laporkan kepada kami. Kita tarik bantuannya dan serahkan kepada yang membutuhkan,” tegas dia.
Pada kesempatan itu, Sarwo Edhy juga memaparkan program-program Kementan yang dapat diakses oleh petani jika diperlukan. “Jika perlu embung kami ada programnya. Embung ini untuk menampung air. Kalau ada sumber air dari sumur dangkal, sumur dalam atau sungai itu bisa jadi embung melalui pipanisasi yang disalurkan ke sawah,” katanya.
Ada pula program jalan usaha tani untuk mendukung infrastruktur di sektor pertanian. Kementan juga memiliki program asuransi pertanian. Contohnya adalah asuransi padi dengan premi hanya Rp36 ribu per hektar per musim tanam. “Rp144 ribu dibayar oleh pemerintah. Kalau tidak ikut prigram asuransi ini, maka kehilangn uang Rp144 ribu. Lalu apa manfaatnya? Petani tidak perlu takut kekeringan, kebanjiran, hama da penyakit. Kalau terjadi sesuatu akan ditanggung oleh Jasindo. Kami setiap tahun menyiapkan program 1 juta hektar dan tidak pernah habis. Ini yang disayangkan,” ucapnya.
Ada pula asuransi ternak dengan premi sebesar Rp40 ribu per ekor per tahunnya. Manfaat yang didapat jika hewan ternak mati atau hilang, maka pemerintah melalui Jasindo akan mengganti rugi sebesar Rp10 juta. “Peternak cukup membayar Rp40 ribu, pemerintah mensubsidi sebesar Rp160 ribu,” jelasnya. Ia juga meminta kepada pemerintah daerah untuk menginventarisasi lahan tidur dan terlantar yang tak termanfaatkan. “Kalau lahan itu tidak digarap dikerjasamakan dengan petani, hasilnya bagi dua,” papar Sarwo Edhy.
Ia meminta agar pertanian terus diperkuat oleh karena sektor ini terbukti tak terdampak pandemi Covid-19. “Ekspor hasil pertanian meningkat 13 persen pada saat sektor lain terpuruk akibat pandemi Covid-19. Usaha di bidang pertanian tak ada matinya, sepanjang dilakukan dengan baik dan mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan,” papar Sarwo Edhy.(*)